BABAT POST – Satu minggu pasca Ramadhan, sebuah pengakuan mengejutkan datang dari ISIS. Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) itu mengklaim telah menewaskan dan melukai ribuan orang di seluruh dunia sepanjang bulan Ramadhan.
Majalah mingguan terbitan ISIS, Al-Naba, menyebut, sebanyak 5.200 orang tewas dan terluka dalam apa yang disebut sebagai “operasi militer” di seluruh dunia sepanjang Ramadhan.
Majalah ini memasukkan ke dalam daftarnya 50 orang yang tewas di klub gay Pulse di Orlando, Amerika Serikat dan para korban tewas dalam penyanderaan sebuah restoran di Dhaka, Banglades.
Serangan bom bunuh diri di Baghdad pada awal Juli lalu yang menewaskan 292 orang juga diklaim majalah ini sebagai hasil operasi ISIS.
Dalam sebuah infografik yang ditampilkan majalah ini, terdapat 14 serangan teror di seluruh dunia termasuk di Suriah, Irak, Amerika Serikat, Eropa, Asia dan Afrika.
Selain serangan bersenjata dan bom bunuh diri, majalah ini juga menyebut pembunuhan seorang polisi dan istrinya di Paris yang dilakukan Larossi Abdallah juga merupakan bagian dari operasi tersebut.
Namun, hal yang mengejutkan adalah ISIS tak memasukkan serangan bom bunuh diri di bandara Ataturk, Istanbul yang menewaskan 41 orang ke dalam daftar “kesuksesan” mereka.
Padahal para pejabat keamana Turki langsung menuding ISIS sebagai otak serangan di Istanbul tak lama setelah tragedi itu terjadi.
Seperti diketahui, selama 18 bulan terakhir, ISIS telah kehilangan seperempat wilayah yang dikuasai yaitu seluas Irlandia atau sekitar 84.000 kilometer persegi. Demikian disampaikan perusahaan riset IHS.
IHS menyebut wilayah yang dikuasai ISIS menyusut dari 90.800 kilometer persegi pada Januari 2015 menjadi hanya 68.300 kilometer persegi pada pertengahan 2016.
IHS juga mengatakan, ISIS meningkatkan serangannya terhadap target-target sipil di Timur Tengah dan Eropa. Serangan ini, lanjut IHS, sangat mungkin akan meningkat dalam beberapa bulan mendatang.
“Saat wilayah ISIS menyusut dan organisasi ini menyadari bahwa rencana mereka mengalami kegagaran, maka ISIS kini memprioritaskan kembali pemberontakan,” kata Columb Strack, analis senior IHS Conflict Monitor.
“Akibatnya, kami memprediksi ISIS akan meningkatkan serangan dengan sasasran korban massal dan sabotase terhadap infrastruktur di Irak dan Suriah serta di Eropa,” tambah Strack.
Bulan lalu, angkatan bersenjata Irak merebut kembali kota Faluja, yang selema ini diduduki ISIS. Kekalahan ini memicu serangan balasan ISIS terutama terhadap umat Syiah Suriah.
Sementara di Suriah, ISIS gagal memeprtahankan wilayahnya dari serbuan tentara Rusia dan milisi Hezbollah yang mendukung Bashar al-Assad.
Selain itu, wilayah yang diduduki ISIS juga direbut aliansi Tentara Demokratik Suriah (TDS) yang didukung Amerika Serikat.
Februari lalu, SDF merebut kota Al-Shahadi, sebuah pusat logistik utama ISIS. Kemudian para Maret lalu, pasukan Suriah didukung serangan udara Rusia mengusir ISIS dari kota kuno Palmyra.
Kini, SDF tengah bersiap untuk merebut kembali wilayah di sebelah utara ibu kota ISIS, Raqqa.