BABAT POST – Mudik 2016 kali ini harus diiringi dengan sebuah tragedi yang memilukan. Belasan orang meninggal dunia saat perjalanan mudik di Brebes, Jawa Tengah dinilai sebagai bukti buruknya koordinasi pemerintah dalam mengelola manajemen mudik tahun ini.
Diketahui, sebanyak 12 orang meninggal dunia saat perjalanan mudik di Brebes, Jawa Tengah.
Beberapa di antaranya meninggal diduga kelelahan akibat macet setelah turun dari bus kemudian pingsan dan meninggal. Anggota Komisi V DPR Moh Nizar Zahro mengatakan, tradisi mudik Lebaran tahun 2016 berubah menjadi bencana massal akibat macet yang berkepanjangan.
“Belasan korban meninggal dunia merupakan bukti buruknya koordinasi pemerintah dalam mengelola manajemen mudik tahun ini,” ujarnya dalam keterangan tertulisnya, Kamis (7/7/2016).
Atas tragedi mudik 2016 itu, dia pun memberikan beberapa catatan yang harus diperbaiki oleh pemerintah.
“Pengalihan arus harus cermat, terutama pembatasan volume kendaraan,” ungkap politikus Partai Gerindra ini.
Pemecahan kemacetan seharusnya tidak hanya ditumpahkan ke Kota Brebes, karena infrastruktur jalan tidak mendukung. Sehingga harus segera dilewatkan jalur ke kabupaten/kota yang lain untuk bisa memecah jumlah volume kendaraan.
Lanjut dia, selain karena kemacetan di Brebes juga tidak bisa dilepaskan dari penambahan jadwal Kereta Api Lebaran. Terbukti, berakibat pada jam buka tutup lintasan kereta yang makin sering jumlah kereta yang lewat.
Lalu, dampaknya adalah penumpukan arus kendaraan jalan darat makin padat.
“Saya sangat berharap agar Presiden harus lebih intensifkan koordinasi antara kementrian/lembaga khusus terkait jadwal liburan sekolah, sehingga bisa kurangi beban volume jalan darat, laut, udara,” imbuhnya.
Dia juga meminta pemerintah membangun fasilitas keperluan Mandi Cuci Kakus (MCK), utamanya di jalan tol yang banyak dan mampu menampung jumlah pemudik yang jutaan lewat jalur tol dengan waktu dan hari yang sama.
“Begitu pula agar pembangunan jalur lingkar utara jurusan Brebes-Tegal untuk memecahkan kepadatan harus segera dilanjutkan agar bisa mengurai kemacetan yang terjadi di pintu exit Brebes,” pungkasnya.
Atas membludaknya volume kendaraan di pintu keluar (exit) Tol Brebes Timur atau Brexit hingga menyebabkan belasan pemudik Lebatan 2016 meninggal dunia itu pemerintah dinilai kurang mengantisipasi. Seyogianya, pihak terkait dapat mengantisipasi kemacetan di tol tersebut.
“Kurang antisipasi, baik dari pemerintah seperti Kementerian Perhubungan (Kemenhub), Badan Pengelola Jalan Tol (BPJT) Operator Jalan Tol, dan kepolisian untuk menganalisis antrean di jalan tol tersebut,” kata Pengamat Transportasi Universitas Indonesia Ellen Tangkudung, Kamis (7/7/2016) kemarin.
Menurut Ellen, ketika membiarkan antrean terlalu panjang, dan semakin panjang, maka akan sangat sulit untuk diurai. Sementara setelah keluar dari pintu Tol Brebes masih ada simpang Brebes Timur yang tak dapat menampung kendaraan pemudik.
“Misalnya antrian di gerbang tol sudah tiga kolometer, itu sudah terlalu panjang, bahwa kendaraan tidak keluar di Brebes. Tapi bisa keluar di tol-tol sebelumnya. Diatur oleh polisi atau operator jalan tol, kepadatan kemacetan luar biasa. Ini seakan-akan dibiarkan,” tukasnya.