Awas, Pria Lebih Berisiko Alami Kematian Jantung Mendadak Dari Pada Wanita

BABAT POST –  Menurut Klinik Cleveland, kematian jantung mendadak membunuh 1 dalam 100.000 sampai 1 dalam 300.000 atlet di bawah usia 35, dan lebih sering dialami pria.

Hal ini tentu menarik bagi masyarakat. Kematian mendadak akibat jantung merupakan hal yang sangat mengejutkan, terutama karena kejadiannya mendadak dan tidak ada gejala awal. Apalagi, kematian ini sering terjadi pada orang yang terlihat aktif berolahraga.

Kematian mendadak akibat jantung terjadi saat jantung tiba-tiba kehilangan kemampuannya untuk bekerja. Kondisi menjadi penyebab nomer satu kematian di AS dengan angka kematian mencapai 450.000 pertahun.

Menurut para ahli dari Mayo Clinic, kebanyakan kasus kematian mendadak terjadi pada orang yang memiliki penyakit jantung koroner. Tetapi, penelitian menyebut bahwa tak sedikit orang yang mengalami kematian mendadak tidak punya gejala penyakit jantung.

“Kematian mendadak akibat jantung sulit dipelajari karena kebanyakan pasien tak punya riawat gangguan jantung dan tidak dimonitor pada saat kematiannya,” kata Dr.Donald Lloyd Jones, ketua pencegahan penyakit dari Northwestern University Feinberg School of Medicine.

Kebanyakan kasus terjadi pada orang berusia kurang dari 70 tahun dan berjenis kelamin pria. Sekitar 1 dari 9 pria beresiko mengalami kematian mendadak, sementara pada wanita hanya 1 dari 30.

Dalam data Framingham Heart Study, pengumpulan data jangka panjang terhadap 5.200 pria dan wanita berusia 28-62 tahun, diketahui tak satupun partisipan studi yang pada awal dimulainya studi memiliki masalah jantung.

Penelitian sebelumnya mengungkap, beberapa pasien memiliki gejala awal sebelum terjadinya kematian mendadak. Misalnya saja kehilangan kesadaran, nyeri dada, atau sulit bernapas, yang terjadi sekitar 4 minggu sebelum serangan jantung atau kematian. Tapi, gejala itu diabaikan karena membaik dengan sendirinya.

Tekanan darah tinggi atau kombinasi dengan faktor risiko penyakit jantung seperti merokok atau diabetes, juga meningkatkan risikonya.

Bisakah kematian jantung mendadak dicegah?

Ada kalanya ini bisa dicegah. Jika Anda termasuk berisiko tinggi mengalami kematian jantung mendadak, dokter Anda biasanya akan menyarankan Anda untuk menghindari olahraga yang bersifat kompetisi.

Selain itu, tergantung juga dari kondisi Anda, perawatan medis atau bahkan pembedahan bisa direkomendasikan oleh dokter untuk menurunkan risiko kematian mendadak.

Pilihan lainnya, bagi Anda yang menderita HCM bisa dilakukan pemasangan alat implantable cardioverter-defibrillator (ICD) untuk memonitor detak jantung.

Jika aritmia yang mengancam jiwa terjadi, secara otomatis alat akan memberikan sengatan listrik untuk mengembalikan detak jantung ke irama normal.

Related posts