Inilah Cerita Memilukan Perempuan Korban Kekejaman ISIS

BABAT POT – Salah satu korban kekekejaman ISIS ini bercerita soal penderitaannya mulai diperkosa, hamil dan mencoba aborsi berkali-kali yang tak pernah berhasil. Nihad Narakat Shamo Alawsi, baru berumur 15 tahun saat dia dan keluarganya ditangkap para militan ISIS di kampungnya, Gunung Sinjar, Irak utara tahun 2014.

Setelah ditangkap, Alawsi dijual sebagai budak seks oleh militan ISIS sebesar USD800. Sejak itu, penderitaannya semakin parah karena mengalami perkosaan berulang kali.

Read More

”Saya merasa seolah-olah ada ‘penjahat’ Daesh di dalam rahim saya. Saya dibawa ke rumah sakit dan tinggal di sana selama empat hari karena menelan pil dan langkah-langkah lain yang saya coba untuk membatalkan (kehamilan),” kata Alawasi yang kini berusia 17 tahun.

Alawsi akhirnya melahirkan anak lelaki.

”Mereka membawa bayi untuk saya, dan dia menatap saya. Saya merasa dia adalah bagian dari diri saya dan saya mencintainya,” katanya, seperti dikutip dari IB Times, Jumat (24/6/2016).

Sekian lama menjadi budak seks ISIS, Alawsi akhirnya berhasil melarikan diri. Dia saat ini tinggal di wilayah Kurdistan Irak bersama keluarganya. Tapi, dia harus meninggalkan anaknya ketika meninggalkan Irak.

Alawsi sekarang bekerja untuk AMAR, Lembaga Amal Internasional dan Jaringan Perempuan Melawan Radikalisasi Jaringan.

”Insya Allah, tahun ini saya ingin kembali ke sekolah dan menyelesaikan studi saya. Pikiran dan ketakutan saya tetap dengan saudara saya yang hilang dan tiga sepupu saya. Saya merasakan hal yang sama tentang semua orang Yazidi di bawah kendali Daesh. Kita semua adalah satu,” ujarnya.

Etnis minoritas Yazidi telah jadi target militan ISIS di Irak, di mana PBB menyimpulkan bahwa ISIS melakukan genosida terhadap etnis Yazidi.

Dan baru-baru ini, sebanyak 354 gadis Yazidi yang dijadikan budak seks kelompok ISIS telah dibebaskan dari lokasi penyanderaan di Fallujah, Irak.

Ratusan perempuan etnis minoritas Irak itu diculik ISIS ketika wilayah mereka di Gunung Sinjar, Irak utara diserbu pada musim panas 2014.

Laporan dibebaskannya ratusan gadis Yazidi itu muncul setelah pekan lalu sebuah laporan PBB mengatakan bahwa pembantaian terhadap sekte Yazidi oleh ISIS tergolong sebagai tindakan genosida. Laporan PBB itu menyebut, sekitar 3.500 wanita dan anak-anak etnis Yazidi masih disandera kelompok ISIS atau Islamic State.

Pembebasan 354 gadis Yazidi berlangsung ketika basis ISIS di Fallujah diserang militer Irak yang dibantu oleh serangan udara koalisi internasional yang dipimpin Amerika Serikat (AS).

”Gadis-gadis itu dibebaskan setelah diculik sebagai budak seks oleh ‘jihadis’ ISIS,” kata aktivis pembela hak warga Yazidi, Kelesh Shingali kepada ARA News.

”Mereka sekarang di bawah perlindungan pasukan pemerintah dan mereka akan segera dipindah ke wilayah Kurdistan,” lanjut Shingali.

”Pembebasan gadis-gadis ini adalah prestasi besar, terutama setelah mereka menderita praktek brutal dan pelecehan seksual oleh kelompok barbar ISIS. Seluruh masyarakat Yazidi senang atas kebebasan gadis-gadis, dan kami berharap ada pembebasan dari para perempuan Yazidi lain yang masih disandera ISIS,” kata Shingali, seperti dikutip IB Times, Kamis (23/6/2016).

Peneliti di Human Rights Watch, Skye Wheeler, mengatakan apa yang dialami para perempuan Yazidi Irak merupakan kondisi darurat.

”Semakin lama mereka ditahan oleh ISIS, kehidupan yang lebih mengerikan dialami wanita Yazidi, dibeli, dijual dan diperkosa secara brutal,” katanya.

Related posts