Perang Indosat vs Telkomsel Masih Berlanjut

BABAT POST – Pekan lalu, wacana perang harga kembali mengemuka seiring beredarnya foto yang memperlihatkan sekelompok orang mengusung atribut iklan Indosat IM3 Ooredoo dalam sebuah kegiatan.

Yang menjadi masalah, dalam gambar yang ramai beredar di media sosial itu, tampak spanduk dan poster berisi kalimat yang menyerang tarif operator seluler lain, yakni Telkomsel.

“Cuma IM3 Ooredoo nelpon Rp 1/ detik, Telkomsel? Gak mungkin,” bunyi tulisan yang tertera di spanduk. Poster-poster berisi kalimat serupa, seperti “Saya sudah buktikan nelpon ke Telkomsel Rp 1/ detik.”

Saat dikonfirmasi oleh KompasTekno, Presiden Direktur dan CEO Indosat Ooredoo Alex Rusli membenarkan bahwa foto-foto spanduk Indosat yang menyerang Telkomsel memang asli dan benar-benar ada.

Hanya saja, menurut dia, kegiatan itu bukan kampanye iklan, melainkan kampanye Below The Line.

“Hanya aktivitas akuisisi saja, event di booth,” ujarnya.

Alex juga mengatakan, strategi Indosat Ooredoo di daerah yang menjadi lokasi kampanye BTL tersebut bukanlah melancarkan perang harga terhadap pesaing, namun ia enggan berkomentar saat ditanya lebih lanjut soal persaingan dimaksud.

Saat dihubungi secara terpisah, Vice President Corporat Communications Telkomsel Adita Irawati menolak anggapan bahwa pihaknya mengenakan tarif mahal kepada pelanggan seperti yang dituduhkan oleh kampanye Indosat.

Telkomsel, menurut dia, menyediakan berbagai pilihan paket yang bisa dipilih sesuai kebutuhan masing-masing pelanggan.

“Pelanggan pun setiap saat bisa mengecek biaya pemakaian. Soal layanan data, kami juga memberi paket sesuai kebutuhan pelanggan. Informasi harga paket juga disampaikan sebelum transaksi pembelian,” kata Adita melalui keterangan tertulis.

Dia turut mengatakan bahwa persaingan bisnis adalah hal yang wajar-wajar saja terjadi, tapi mestinya bisa dijaga agar tetap santun dan tidak merugikan masyarakat.

“Dalam berkomunikasi dengan khalayak, kami juga selalu berpegang pada norma dan etika serta menghormati pihak lain,” imbuh Adita.

Di sisi lain, Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Rudiantara menyangsikan tarif murah yang dikampanyekan oleh pihak Indosat dalam foto terkait.

Menurut dia, meski terdengar menggiurkan bagi pelanggan, tarif telepon Rp 1/detik nantinya belum tentu berakibat baik bagi usaha Indosat Ooredoo.

“Itu benar nggak dengan tarif itu (Rp 1/detik) bisa sustainable bisnisnya?” tanya pria yang kerap disapa Chief RA ini saat dijumpai di kantor Kementerian Komunikasi dan Informatika, Jumat (17/6/2016).

Anggota Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI) Bidang Hukum, I Ketut Prihadi Kresna, berpendapat bahwa spanduk dalam foto kampanye Indosat tidak etis untuk digunakan karena menyebut dan menjatuhkan nama pihak lain.

“Jika hal ini benar iklan, seharusnya Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia (P31) bisa menegur atau menghimbau si pembuat iklan,” terang Ketut.

Dalam Etika Pariwara Indonesia (Tata Krama dan Tata Cara Periklanan Indonesia), artikel 1.21 bagian Tata Krama, memang disebutkan bahwa iklan tidak boleh merendahkan produk pesaing secara langsung maupun tidak langsung.

Senin (20/6/2016) pagi ini, BRTI rencananya akan memanggil dan mendengarkan penjelasan Indosat terkait pemakaian spanduk berisi kata-kata sindiran, sebagaimana yang disebutkan dipakai dalam kampanye.

Selain Indosat, BRTI juga berniat mengundang pihak Telkomsel untuk ikut hadir.

“Secara formal kami akan dengarkan Indosat dahulu, setelah itu besar kemungkinan Telkomsel akan kita undang juga, dan tidak tertutup kemungkinan seluruh operator seluler nantinya akan kami undang,” pungkas Ketut.

Related posts