BABAT POST – Pemerintahan Barack Obama saat ini tengah didesak internal Pemerintah Amerikas Serikat untuk segera meluncurkan serangan militer terhadap rezim Presiden Suriah Bashar al-Assad.
Terkait desakan itu, Pemerintah Rusia menyampaikan reaksi keras.
Kementerian Pertahanan Rusia melalui juru bicaranya, Mayor Jenderal Igor Konashenkov, memperingatkan bahwa aksi militer terhadap Assad bisa mengguncang wilayah tersebut.
Menurutnya, desakan agresi militer terhadap Assad akan membuat setiap orang khawatir.
”Siapa yang akan bertanggung jawab untuk itu. Atau kita akan lihat gaya senyum Hollywood yang sama seperti yang sudah terjadi di Afghanistan, Irak dan Libya?,” kata Konashenkov, yang dikutip dari AP, Sabtu (18/6/2016).
Desakan agar Pemerintah Obama menggempur rezim Suriah itu muncul dari 51 diplomat di Kementerian Luar Negeri AS yang menandatangani memo internal yang diberi nama memo “dissent channel cable”. Desakan serangan militer terhadap rezim Assad itu dengan alasan menindak pelanggaran gencatan senjata di Suriah.
Laporan adanya desakan serangan militer AS terhadap rezim Suriah ini pertama kali dirilis The Wall Street Journal.
”Seruan (saluran) kabel untuk serangan militer yang ditargetkan terhadap pemerintah Suriah di tengah runtuhnya gencatan senjata yang ditengahi awal tahun ini,” bunyi salinan kabel diplomatik itu yang dilihat The Wall Street Journal.
Juru bicara Presiden Rusia Vladimir Putin, Dmitry Peskov, mengatakan bahwa menggulingkan Assad sama halnya dengan mengacaukan upaya perang melawan terorisme yang sudah berjalan.
“Melengserkan Assad tidak akan membantu pertempuran yang berhasil melawan terorisme dan bisa membuat wilayah itu jatuh dalam kekacauan total,” katanya.
Rusia adalah salah satu dari beberapa negara yang mendukung rezim Assad yang nyaris digulingkan pemberontak Suriah sejak perang sipil pecah di negara lima tahun lalu.
Sementara itu, Presiden Putin menegaskan bahwa solusi untuk mengakhiri krisis Suriah adalah dengan menggelar Pemilu dan menyusun konstitusi baru. Menurutnya, Assad sudah berjanji untuk membantu proses itu.
”Tidak ada yang lebih demokratis dibandingkan Pemilu,” kata Putin dalam Forum Ekonomi Internasional di Rusia.
Akan teapi, pendapat lain diungkapkan oleh seorang pejabat AS, yang tidak menandatangani “kabel” tetapi telah membacanya, mengatakan kepada Reuters Jumat (17/6/2016) bahwa Gedung Putih tetap menentang keterlibatan militer Amerika lebih dalam terkait konflik Suriah.
Menurutnya, kabel diplomatik itu tidak mungkin untuk mengubah atau mengalihkan fokus Obama dari pertempuran melawan kelompok militan ISIS di Suriah.
Sumber kedua yang juga telah membaca “kabel” tersebut mengatakan bahwa memo itu mencerminkan pandangan dari pejabat AS yang telah bekerja di Suriah, yang beberapa dari mereka sudah bekerja bertahun-tahun dan percaya kebijakan AS saat ini tidak efektif.
”Singkatnya, kelompok (diplomat) ingin melihat opsi militer diajukan untuk menaruh beberapa tekanan terhadap rezim (Assad),” kata sumber kedua yang berbicara dengan syarat anonim.
Perbedaan pendapat soal munculnya memo itu tidak wajar, terlebih yang menandatangani dalam jumlah besar.
”Itu adalah angka tinggi yang mengejutkan,” kata Robert Ford, yang mengundurkan diri pada tahun 2014 sebagai Duta Besar AS untuk Suriah dan sekarang aktif sebagai pemikir di Institut Timur Tengah yang berbasis di Washington.
”Selama empat tahun terakhir, tingkat kerja di Departemen Luar Negeri telah mendesak adanya lebih banyak tekanan pada Pemerintah Bashar al-Assad,” katanya.