BABAT POST – Kepala Dinas Kebersihan DKI Jakarta Isnawa Adji mengatakan, ada dua sungai di DKI yang paling banyak dipenuhi sampah.
Salah satunya ialah sungai di depan Season City, Jembatan Besi, Jakarta Barat.
Akibat banyaknya sampah, kata Isnawa, petugas harian lepas (PHL) Unit Pengelola Kebersihan (UPK) Badan Air Dinas Kebersihan DKI Jakarta atau pasukan oranye pernah mengangkut 80 ton sampah dalam waktu lima jam.
Ucapan Isnawa rupanya benar adanya. Kondisi sungai di depan Season City berbeda jauh dengan beberapa sungai dan kali, yang sudah mulai bersih dari sampah, bahkan dijadikan tempat bermain air oleh anak-anak.
Berbagai macam jenis sampah memenuhi sungai di depan Season City, Senin (23/5).
Sampah-sampah yang didominasi bambu itu terbawa air sungai, yang merupakan aliran Banjir Kanal Barat dari arah Tomang menuju Jembatan Besi.
Selain bambu, jenis sampah yang memenuhi sungai, mulai dari sampah plastik aneka bentuk, styrofoam, tripleks, gabus, kasur, pelepah dan daun pisang, hingga kayu.
Akibatnya, bau tak sedap pun tercium di sekitar sungai. Salah seorang petugas UPK Badan Air, Budi Santoso, menuturkan, sampah berupa bambu tersebut merupakan sampah kiriman dari Bogor.
“Ini kiriman dari Bogor yang bambu-bambu. Kalau enggak kiriman paling sampah gabus,” ujar Budi kepada Kompas.com, Senin.
Menurut Budi, sampah-sampah bambu itu baru tiba sekitar pukul 11.45 WIB di sungai depan Season City.
Hingga Senin petang, berbagai jenis sampah itu terus terbawa aliran air sungai yang cukup deras.
Sejak sampah-sampah itu “berdatangan”, para petugas UPK Badan Air terus bekerja bahu membahu membersihkannya.
Mereka menggunakan bambu hingga alat berat untuk mengangkat sampah dari sungai.
Di bagian sungai dekat jembatan, para petugas memasang rangkaian pelampung sesuai dengan lebar sungai untuk menahan sampah agar tidak terus terbawa aliran air.
Lima orang petugas UPK Badan Air kemudian tampak mendorong sampah-sampah, yang sudah tertahan itu ke salah satu sisi sungai.
Di sisi sungai itu, satu alat berat berupa amphibious excavator, digunakan untuk mengumpulkan dan menumpuk sampah di sudut antara dinding sungai dan jembatan.
“Sudah dikumpulin, terus diambil (diangkut dari sungai) pakai spider,” kata Budi yang merupakan operator spider itu.
Meski terus diangkat, sampah itu seolah tak habis-habis. Bahkan, tumpukan sampah yang dikumpulkan di sudut sungai tersebut membentuk gunungan setinggi lebih kurang 4 meter.
Akibatnya, Budi dan operator amphibious excavator, Kusnaedi, harus bekerja lembur mengangkut sampah-sampah itu.
“Kalau crowded, enggak pasti sampe jam berapa. Kita kerjain aja terus,” ucap Kusnaedi.
Ia dan Budi tampak bekerja sama mengangkut sampah-sampah itu. Kusnaedi mengumpulkan dan menumpuk sampah di lokasi tertentu.
Sementara itu, Budi mengangkut dan memasukkannya ke dalam truk sampah.
“Kalau dibiarin takutnya jebol pelampungnya (penahan sampah), enggak akan kuat nahannya,” kata Budi.