BABAT POST – Presiden AS Barack Obama menegaskan, dia tidak akan meminta maaf terkait pengunaan bom atom terhadap kota Hiroshima.
Pernyataan itu disampaikan Obama, yang akan menjadi presiden AS yang mengunjungi Hiroshima dalam masa jabatannya itu, dalam sebuah wawancara dengan stasiun televisi NHK.
“Tidak (akan meminta maaf), sebab saya pikir penting diingat bahwa di masa perang, para pemimpin memang harus membuat keputusan seperti itu,” ujar Obama.
“Ini adalah tugas para sejarawan untuk mempertanyakan dan meneliti masalah ini, tetapi saya yang sudah menjadi presiden selama 7,5 tahun paham bahwa para pemimpin membuat keputusan sulit khususnya di saat perang,” lanjut dia.
Amerika Serikat menjatuhkan bom atom pertama di dunia ke kota Hiroshima pada 6 Agustus 1945 dan mengakibatkan 140.000 orang tewas.
Bom atom kedua dijatuhkan di kota Nagasaki, di sebelah selatan Hiroshima, tiga hari kemudian dan menewaskan 74.000 orang.
Kedua bom itu akhirnya memicu menyerahkan Jepang dan sekaligus mengakhiri Perang Dunia II.
Akhir pekan lalu, Obama mengunjungi Vietnam dan pekan ini dia akan menghadiri KTT G7 di Jepang. Di sela-sela KTT itu, Obama akan berkunjung ke Hiroshima.
“Tujuan saya bukan hanya sekadar mengenang masa lalu tetapi untuk memastikan bahwa orang tak berdosa yang tewas dalam perang, di kedua sisi, bahwa kita sudah melakukan apapun untuk menciptakan perdamaian di dunia dan memperjuangkan dunia tanpa senjata nuklir,” kata Obama dalam wawancara yang disiarkan pada Minggu (22/5).
Pernyataan Obama ini mempertegas serangkaian komentar para petinggi AS yang mengatakan Obama tak akan meminta maaf terkait penggunaan bom atom saat berkunjung ke Hiroshima.
Kunjungan Obama ke Hiroshima ini memicu kembali perdebatan terkait keputusan Presiden AS Harry Truman untuk menggunakan bom atom demi mengakhiri perang.
Banyak warga AS yang yakin penggunaan bom atom diperlukan demi menghindari perang yang lebih brutal saat AS menginvasi Jepang.
Namun, sebagian besar warga Jepang menilai penggunaan bom atom terhadap warga sipil tak diperlukan dan memandang keputusan itu adalah sebuah kejahatan.
Berdasarkan survei yang digelar kantor berita Kyodo menyebut 80 persen penyintas bom atom tak menginginkan permintaan maaf dari Obama.