Lokasi Kunjungan Terios 7 Wonder

BABAT POST – Gereja Tua Sikka jadi lokasi utama kunjungan Terios 7 Wonders pada hari kedua, Kamis (19/5), selama mengekplorasi Flores, Nusa Tenggara Timur. Rumah ibadah yang selesai berdiri pada 24 Desember 1899 itu merupakan bukti sejarah pertemuan misionaris Katolik asal Protugis dan Belanda dengan budaya Sikka.

Tim Terios 7 Wonders yang terdiri dari tiga unit Terios R Adventure bertolak menuju Sikka dari Maumere. Pada pagi hari, ketiga Terios itu menghadiri seremoni start balapan sepeda Tour de Flores di Larantuka.

Di sana, Terios menjadi mobil pembuka sebelum balapan kelas internasional itu dimulai.Perjalanan menuju Sikka cukup menantang, rute sekitar 28 km menyajikan jalan tanjakan dan berkelok ciri khas perbukitan.

Berita Terkait :  Pada 20 Mei 2016 Siap Diresmikan "Indonesia Automotive Institute"

Pemandangan pantai dan laut mulai kelihatan saat tabir berupa tebing mulai terbuka.

Gregorius Tamela, dewan paroki setempat sekaligus juru pemelihara Gereja Tua Sikka, menceritakan, awalnya pembangunan dilakukan oleh bangsa Portugis namun belum permanen.

Bahan bangunan gereja seperti kayu tidak awet kena angin laut mengingat lokasi gereja berjarak sekiranya 100 m dari pantai.Gereja Tua Sikka yang kita kenal sekarang mulai dibangun pada 1896.

Arsiteknya adalah Antonius Dijkmans yang merancang Gereja Katedral Jakarta dan kepala pembangunannya yaitu bruder yang sedang bertugas di Larantuka, Leuvenberg. Kedua orang itu berasal dari Belanda.

Berita Terkait :  Singapura Bakal Tilang Kendaraan yang Mesinnya Menyala Saat Parkir

“Tapi tukangnya semua orang Flores,” ujar Gregorius. “Orang Portugis juga membangun gereja tapi tidak permanen macam ini. Ini yang dibangun permanen oleh imam – imam dari Belanda, yang lain sudah tidak ada hanya Ini yang tetap bertahan,” jelasnya.

Bangunan gereja megah dan bersahaja. Bagian dinding dihiasi motif tenun khas Sikka buat menemani desain bangun kayu yang terlihat rumit.

Gregorius mengatakan renovasi pernah dilakukan untuk mengganti atap dari seng menjadi genteng, namun bagian yang lain tetap apa adanya sejak pertama.

Berita Terkait :  Banyak mobil model baru dipamerkan pada Indonesia International Motor Show (IIMS) 2016

“Mulai tahun 1931 atapnya diganti masih seng, pada 1953 baru diganti dengan genteng yang bertahan sampai sekarang. Seng tidak kuat bertahan dengan angina laut, karena di sini kadar garamnya tinggi sekali.

Pada 2000 kami rehabilitasi lagi, atap genteng itu kita turunkan lalu dicat dan dinaikan kembali,” ungkap Gregorius.

Setelah belajar budaya Sikka, tim Terios 7 Wonders berencana mengunjungi objek menarik di Flores lainnya di Ende, Bajawa, Ruteng, dan Labuan Bajo.

Related posts