BABAT POST – Proses penjualan bisnis inti Yahoo! Inc terus bergulir. Bisnis inti yang dijual termasuk mesin pencari, e-mail, dan situs berita. Sejumlah peminat sudah mengajukan penawaran. Namun, agaknya Yahoo tak akan mendapatkan harga yang memuaskan.
Bukan rahasia bahwa bisnis internet Yahoo selama bertahun-tahun ini didera kesulitan keuangan.
Perusahaan internet tersebut harus mencari bala bantuan untuk tetap bertahan. Google, Verizon, dan Daily Mail Inggris, adalah beberapa perusahaan yang paling santer dikabarkan hendak meminang Yahoo.
Belakangan, miliarder Warren Buffett turut meramaikan bursa. Namun, hingga sekarang Yahoo belum memutuskan ingin dikawini perusahaan mana.
Meski getol memperebutkan Yahoo, para peminat dikabarkan menurunkan nilai penawaran untuk membeli perusahaan yang pernah berjaya di awal 2000-an tersebut, sebagaimana dilaporkan Cnet, Sabtu (21/5/2016).
Sebelumnya, para peminat rela bertarung mendapatkan Yahoo dengan harga 4 miliar dollar AS hingga 8 miliar dollar AS. Nilai itu setara Rp 54,7 triliun hingga Rp 109,5 triliun.
Kini, peminat dikatakan hanya mau membeli bisnis Yahoo seharga 2 miliar dollar AS hingga 3 miliar dollar AS. Nilai itu setara Rp 27,3 triliun hingga Rp 41 triliun saja.
Penurunan nilai tawar tersebut diajukan setelah CEO Yahoo Marissa Mayer melakukan pertemuan dengan calon pembeli potensial dan mengungkapkan data-data keuangan Yahoo yang menggambarkan lesunya prospek Yahoo. Dari situ, para peminat sadar bahwa bisnis Yahoo memiliki prospek lesu.
Sebagai gambaran, pendapatan Yahoo turun 18% di kuartal I 2016 menjadi US$ 859,4 juta. Ini kali pertama pendapatan Yahoo di bawah US$ 1 miliar sejak Mayer memimpin perusahaan teknologi ini empat tahun silam.
Menurut salah satu sumber yang hadir dalam pertemuan tersebut, Mayer mengakui bahwa bisnis Yahoo lesu karena masih dalam proses peralihan bisnis. Sejumlah cara ditempuh Yahoo untuk menyelamatkan bisnis. Pada Februari 2016 lalu, Mayer mengumumkan rencana penjualan bisnis internet dan mengurangi 15% pegawai.
Yahoo juga akan melego aset non bisnis inti seperti paten dan properti senilai US$ 1 miliar hingga US$ 3 miliar. Yahoo juga masih memiliki aset lain. Misal, kepemilikan lebih dari 35% saham Yahoo Jepang dan 15% saham raksasa e-commerce China, Alibaba Holding. Tadinya, Yahoo mau melepas saham Alibaba, tapi rencana itu dibatalkan.
Pekan pertama Juni merupakan batas akhir (deadline) untuk ronde pertama pengajuan pembelian bisnis Yahoo. Saat diminta konfirmasi soal turunnya nilai tawar pembeli, Yahoo enggan berkomentar.
Verizon sendiri disebut-sebut menjadi kandidat terkuat dan mengajukan nilai penawaran paling tinggi. Bagi Verizon, mencaplok bisnis inti Yahoo merupakan investasi strategis. Perusahaan telekomunikasi terbesar Amerika Serikat itu berniat melakukan sinergi bisnis Yahoo dengan bisnis AOL Inc, perusahaan multimedia yang telah Verizon ambil alih pada tahun lalu.