BABAT POST – Usai tersangka pelaku serangan teroris di San Bernardino, California, AS, tahun 2015 silam dirilis mengenakan hijab oleh sebagian besar televisi di Amerika Serikat, Zarifeh Shalabi, ibunya, dan tantenya takut keluar rumah.
Pasalnya, rumah keluarga Shalabi hanya berjarak beberapa mil dari lokasi kejadian yang menewaskan 14 korban.
Keluarga Shalabi takut menjadi korban para anti-muslim di Negara Adikuasa tersebut.
Kejadian tersebut memberikan pengaruh signifikan pada kehidupan keluarga Shalabi. Mereka bercerita pernah suatu hari saat berjalan-jalan di mal, sejumlah ibu menjauhkan anak-anak mereka berjalan dekat keluarga Shalabi.
“Kami takut seseorang akan melukai kami,” ujar Zarifeh.
Namun, kejadian tersebut tidak mempengaruhi kehidupan Zarifeh di Summit High School. Bahkan, bulan ini, Zarifeh terpilih sebagai Prom Queen, sebuah gelar yang idamkan banyak remaja perempuan AS.
Zarifeh mengaku tidak tahu bahwa teman-temannya mendaftarkan namanya sebagai nominasi Prom Queen.
Seluruh teman-teman Zarifeh, bahkan mengenakan kerudung beberapa minggu ke sekolah untuk memberikan dukungan padanya.
“Kami melihat kesempatan untuk berbuat baik untuk Zarifeh, sesuatu yang merepresentasikan sesuatu yang bagus,” jelas Sarahi Sanchez, teman Zarifeh.
“Cara ini untuk membuktikan bahwa kami tidak punya masalah dengan ras dan melakukan bully,” imbuhnya.
Akhirnya, Zarifeh berhasil terpilih sebagai Prom Queen. Kemenangannya ini, kata Zarifeh, merupakan bukti bahwa tidak semua muslim itu harus dikhawatirkan.“Mereka tidak melihatku sebagai ancaman, mereka menganggapku sebagai teman,” jelasnya.
Zarifeh mengatakan bahwa dirinya tidak bermimpi menjadi Prom Queen. Sebab, dia pun tidak tahu apakah bisa datang ke acara pesta dansa akhir sekolah.
Sebab, sebagai seorang muslimah, keluarganya memiliki aturan untuk tidak sering pergi keluar rumah dan membatasi pertemanan dengan teman lelaki.
Selama masa sekolah, Zarifeh mengaku, tidak boleh datang ke pesta ulangtahun teman, menginap di rumah teman, dan tidak pernah diizinkan bertandang ke pesta dansa di sekolah.
Jadi, ketika dia tahu telah didaftarkan sebagai nominasi, dia lebih khawatir untuk mendapatkan izin menghadiri pesta dansa akhir sekolah ketimbang terpilih menjadi Prom Queen.
Teman-teman Zarifeh tak henti memberikan dukungan. Sejumlah temannya, bahkan mengenakan kerudung sebelum pesta dansa. Lalu, waktu pagi di hari pesta dansa, seluruh temannya membagikan kerudung warna-warni pada seluruh teman satu angkatan.
Manal Haifa, ibu Zarifeh, menuturkan bahwa dirinya sangat terharu atas penghargaan yang diberikan oleh teman-teman putrinya tersebut.
“Aku tidak tahu bahwa teman-temannya sangat mendukung dan menyayanginya,” jelas Manal.
Manal mengungkapkan, Zarifeh memohon untuk diberikan izin datang ke pesta akhir sekolah.
“Kami adalah keluarga dengan tradisi lama, kami tidak memiliki budaya pesta,” sebutnya.
Pada malam pesta akhir sekolah, Zarifeh memilih gaun cantik yang biasa dikenakan wanita Arab untuk menikah. Namun, beberapa kali, mahkotanya sering tergelincir dari kerudung. Hal tersebut tak membuatnya mengeluh.
Zarifeh memiliki solusi dengan cara meminjamkan mahkota kepada seluruh teman-temannya, supaya mereka juga merasakan mengenakan mahkota yang didambakan banyak remaja perempuan tersebut.