BABAT POST – Guna mewujudkan perampingan jumlah operator, Menkominfo mewancanakan sebuah konsolidasi. Dan operator yang dikabarkan akan melakukan konsolidasi adalah Tri.
Hutchison Tri Indonesia (Tri) memang sudah cukup lama diisukan bahwa akan bergabung atau konsolidasi/merger dengan operator lain. Bila rencana tersebut benar, ada kemungkinan hal itu tidak akan terjadi pada tahun ini.
Saat ditemui di acara Indonesia LTE Conference 2016, Rabu (18/5/2016), Vice President Director Tri, Danny Buldansyah sempat bicara mengenai hal tersebut. Namun Ia enggan memberi kepastian soal merger atau tidak merger.
“Mungkin saja (konsolidasi), tapi kalau pun terjadi ya tidak akan tahun ini karena prosesnya akan panjang,” pungkasnya.
Vice President Director Hutshison Tri Indonesia, Danny Buldansyah saat menghadiri Indonesia LTE Conference 2016 di Jakarta, Rabu (18/5/2016)Di sisi lain, Danny mengakui bahwa perlu ada konsolidasi perusahaan agar industri telekomunikasi bisa maju.
“Konsolidasi memang konsekuensi logis. Perlu ada konsolidasi agar industri telekomunikasi bisa maju. Tapi saya rasa tidak dalam waktu dekat ini karena masing-masing operator sedang sibuk dengan urusan operasional,” pungkasnya.
Selama ini memang kerap terdengar selentingan kabar bahwa Tri akan bergabung dengan operator lain, meski belum terungkap siapa yang akan jadi pasangannya. Salah satu yang disebutkan sebagai peminat adalah Indosat.
Sementara itu, Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara juga memiliki wacana untuk mengurangi jumlah operator telekomunikasi di Indonesia. Caranya adalah dengan mendorong operator untuk melakukan konsolidasi bisnis.
“Saya pakai baju begini (jas dan peci) mirip yang mengawin-ngawinkan itu, mirip penghulu. Ya, mudah-mudahan saya juga bisa jadi penghulu kalau ada operator yang ingin konsolidasi,” ujarnya di acara serupa.
Menteri yang akrab disapa Chief RA ini menilai jumlah operator telekomunikasi yang ideal adalah 4 perusahaan. Sementara itu di Indonesia saat ini ada total 6 perusahaan, yaitu Telkomsel, Telkom, Indosat, XL, Tri, serta Smartfren.
“Sekarang ada tujuh operatornya, saya bermimpi sih maksimal empat,” imbuh Rudiantara.
Pada satu sisi, jumlah tersebut dipandang baik karena bisa memberikan lebih banyak pilihan pada pengguna jaringan. Tetapi, di sisi lain, Rudiantara menyoroti perang harga dan potensi para operator untuk mengorbankan kualitas jaringannya.
“Sekarang terlalu banyak pemainnya. Masalahnya mereka berlomba-lomba, tapi perang harga, yang dikorbankan adalah kualitas,” terang Rudiantara.