BABAT POST – National Capital Integrated Coastal Development (NCICD) atau Pembangunan Terpadu Pesisir Ibu kota Negara mencakup pembangunan tanggul laut raksasa.
Proyek ini disebut-sebut sebagai upaya pemerintah untuk mengurangi penurunan tanah di Jakarta yang kian hari semakin memburuk.
Penurunan tanah ini diakibatkan oleh beberapa faktor, bisa karena terjadi secara alami atau karena pembangunan yang demikian masif.
Ketua Kelompok Kelautan Teknik Pantai Institut Teknologi Bandung (ITB) Muslim Muin mengatakan, berdasarkan data dari NCICD, ada beberapa daerah dengan penurunan tertinggi.
Paling banyak di Jakarta Utara dan di beberapa titik penurunannya bisa sampai 25 centimeter per tahun.
“Ini yang paling besar. Tapi, penurunan tanah tidak sama. Orang sering lupa ini,” ujar Muslim Muslim saat diskusi terkait NCICD di Goethe Institue.
Menurut Muslim, jika ada penurunan yang tidak sama, kemungkinan besar ada pipa-pipa yang bermasalah.
Ia menilai, pemerintah hanya ditakut-takuti bahwa akan ada 4 juta orang yang terendam dan menimbulkan kerugian ekonomi 200 juta dollar AS jika tidak membangun tanggul laut raksasa.
Padahal, membangun tanggul laut raksasa yang juga membutuhkan dana “raksasa” bukanlah satu-satunya solusi. Ia menjelaskan, penguatan tanggul pantai justru lebih dibutuhkan ketimbang tanggul laut.
“Walaupun tanggul laut raksasa dibangun, tapi tanggul pantai akan tetap dibutuhkan, cuma katanya akan lebih rendah. Tapi, paling hanya beda satu meter,” kata Muslim.
Membuat struktur pantai yang lebih kuat adalah dengan meninggikan tanggul pantai dan sungai.
Jika tanggul pantai dan sungai dipertinggi, Jakarta hanya butuh pompa hujan di daerah dengan penurunan tanah yang tergenang saat debit air tinggi. Karena penurunan tanah tidak sama, maka daerah terendam juga tidak sama.
“Tapi kalau bangun tanggul laut raksasa, Jakarta justru harus pompa air dari hujan yang turun di Depok, Cipanas, Bogor dan seterusnya,” sebut Muslim.
Ia melanjutkan, dengan adanya tanggul laut raksasa, aliran air yang seharusnya lancar dari Bogor, justru terhambat di hilir. Hal ini menimbulkan banjir semakin parah dari sebelum ada tanggul laut.