Taman Safari Cuma Tempat Mainan Anak-anak, siapa Bilang?

BABAT POST – Main ke kebun binatang lekat dengan citra dunia kanak-kanak. Namun, kesan tersebut seakan hilang saat saya menginjakkan kaki di Bali Safari dan Marine Park (BSMP). Di sini, harimau bisa berdiri di atas kepala pengunjung.

Tak bisa dimungkiri, mayoritas pengunjung tempat wisata semacam ini ialah orangtua bersama anak-anak yang antusias menyapa para satwa. Bedanya, BSMP merupakan rumah bagi 1.000 ekor satwa dari 80 spesies yang hidup dalam habitat layaknya di alam bebas.

Mengunjungi BSMP, bisa dikatakan pengunjunglah yang “dikandangi”. Bagaimana ceritanya?

Semua pengunjung yang datang memakai kendaraan wajib memarkir mobil pribadi di area yang sudah disediakan. Dari situ, pengunjung berpindah ke trem khusus untuk berkeliling BSMP.

Bali Safari membiarkan para satwanya bebas berkeliaran di area. Mereka hanya diberi pembatas kawat dan jembatan getar untuk menjaga keamanan masing-masing. Pendeknya, agar harimau tidak bisa menyeberang ke kandang rusa lalu menyantap hewan bertanduk itu.

Berita Terkait :  Museum Siwalima Ambon kini memiliki patung Martha Christina

Ranger, atau pemandu, tak bosan berbagi pengetahuan mengenai satwa selama keliling tiga zona satwa, yaitu zona Indonesia, India, dan Afrika, di Bali Safari. Lumayan, para wisatawan pun jadi tahu bahwa singa jantan sanggup mengawini lebih dari lima singa betina ketika musim kawin tiba.

Tepuk tangan!

Asyik memperhatikan satwa, tiba-tiba pengunjung dihidangkan pemandangan lucu pada hari itu. Terlihat dua zebra saling berkejaran, lalu tanpa malu-malu salah satu zebra menaiki badan zebra kedua.

Serentak pengunjung sibuk mengambil gambar dan tertawa terbahak-bahak. Ia pun berkata bahwa saat ini memang sedang musim kawin zebra.

Setelah mengelilingi semua zona, pengunjung beranjak untuk menyaksikan pertunjukan edukasi satwa. Bali Safari mengadakan tiga acara berturut-turut, yaitu pertunjukan seputar hewan domestik atau hewan peliharaan, gajah, dan harimau.

Berita Terkait :  Anggota DPR dorong pemerintah perbaiki sistem peringatan dini bencana

Intinya, ketiga acara tersebut mengajak penontonnya untuk menjaga kelestarian alam dan hewan, terlebih satwa terancam punah. Ini semacam cubitan kecil bagi orang dewasa yang kadang “alpa” untuk membuang sampah pada tempatnya.

Sensasi “dikerangkeng” datang lagi saat ikut safari night. Kegiatan ini sebenarnya melintasi rute serupa, tetapi pengunjung dibawa dalam mobil yang berbentuk kerangkeng di bagian belakang.

Aktivitas pun jadi lebih tegang karena singa dan harimau yang tadinya hanya bermalas-malasan berubah lincah. Terlebih ketika para pelatih hewan melempar potongan-potongan ayam dari atas pagar kerangkeng mobil.

Rafli, si harimau bengala, langsung loncat ke atas mobil ketika pelatih menyodorkan paha ayam. Ia berjalan mondar-mandir di atas kepala penumpang mobil. Air liurnya menetes, matanya tajam mengawasil daging berikutnya. Ngeri-ngeri sedap….
Tak sekadar satwa

Selain satwa, budaya juga menjadi unsur utama di Bali Safari. Di perjalanan masuk, saya sempat melihat ukiran cerita Ramayana pada dinding penahan tanah.Istirahat makan siang diikuti dengan pertunjukan Bali Agung, kisah tentang legenda Raja Jaya Pangus, sekitar pukul 14.30 Wita. Setelahnya, pengunjung dipersilakan bersantai di ruang tunggu untuk menonton tari kecak pada panggung yang sama.

Berita Terkait :  Gafatar gerakan baru pecahan dari NII dianggap sesat, berikut penjelasannya

Satu hal paling berkesan adalah saat mendapat kesempatan belajar tari Bali yang disediakan. Walau hanya lima menit, kami diberikan kesempatan melatih keseimbangan dan sinkronisasi tubuh. Nah, di sini akan ketahuan berbakat atau tidak seseorang untuk urusan menari ini.

Ketika sore tiba, barulah lelah bakal terasa. Rasa ingin tahu bisa membuat pengunjung terus menjelajah ke setiap sudut taman konservasi seluas 43 hektar ini. Sayangnya, waktu berlalu cepat.

Namun paling tidak, pengunjung BSMP bisa membuktikan, menyapa satwa bukan hanya kegiatan liburan buat bocah!

Related posts