BABAT POST – Pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un, mengatakan pihaknya tidak akan menggunakan senjata nuklir bila kedaulatan negaranya tidak dilanggar negara lain.
Hal itu ia sampaikan dalam pidatonya di Kongres Partai Buruh di Pyongyang, sebagaimana dilaporkan kantor berita Korut, KCNA. Kim mengatakan, negeri itu adalah sebuah negara nuklir yang bertanggung jawab.
Artinya, kebijakan Korea Utara adalah tidak akan menggunakan senjata nuklir jika tidak diserang. Demikian dikabarkan media Pemerintah Korea Utara, Minggu (8/5/2016).
“Republik kita tidak akan menggunakan senjata nuklir, kecuali kedaulatannya diganggu kekuatan jahat yang agresif dengan menggunakan senjata nuklir,” kata Kim Jong Un dalam pidatonya yang dirilis kantor berita KCNA.
Lebih lanjut, Kim berjanji bahwa.
“Negaranya akan memperbaiki dan menormalisasi hubungan dengan negara-negara yang menghormati kedaulatan DPRK (Republik Demokratik Rakyat Korea) dan bersikap bersahabat, meski mereka dulu pernah bersikap bermusuhan.”
Kim Jong Un juga berjanji bahwa Pyongyang juga akan dengan sepenuh hati memenuhi kewajiban non-proliferasi dan ikut mendorong denuklirisasi global.
Korea Utara menarik diri dari Perjanjian Non-proliferasi Global (NPT) pada 2003, sekaligus mejadi negara pertama di dunia yang melakukan hal itu.
Doktrin pengembangan senjata nuklir Pyongyang selalu merupakan sebuah gabungan rumit antara kebutuhan pertahanan, daya serang, dan ancaman.
Saat menggelar uji coba nuklir pertama pada 2006, Korea Utara menegaskan bahwa negeri itu tidak akan pernah menggunakan senjata nuklir.
Saat mengukuhkan pengembangan program nuklir dalam undang-undang pada 2013, Korea Utara menegaskan, senjata mematikan itu hanya akan digunakan untuk menangkis invasi atau serangan dari negara nuklir lainnya.
Namun, dalam beberapa tahun belakangan ini, Korea Utara sudah beberapa kali mengeluarkan peringatan serangan nuklir terhadap Korea Selatan dan Amerika Serikat.
Berbicara di hadapan ribuan delegasi yang berkumpul dalam kongres Partai Pekerja pertama dalam 35 tahun itu, Kim juga mengumumkan rencana lima tahunnya dalam mengembangkan perekonomian negerinya dan melakukan revitalisasi gaya hidup rakyat.
Kongres partai ini banyak dilihat sebagai ajang “penobatan” resmi Kim Jong Un sebagai pemimpin tertinggi, hampir lima tahun setelah naik takhta menggantikan mendiang ayahnya, Kim Jong Il.