Terapi Perilaku Kognitif Cara Bantu Obati Insomnia Kronis

BABAT POST –Walau kita sudah paham pentingnya tidur cukup dan berkualitas setiap malam, tapi memejamkan mata bukan perkara mudah bagi sebagian orang.

Tetapi secara umum penyebab insomnia adalah nyeri kronik, kecemasan atau depresi, obat-obatan, pola makan dan minum, penyakit saraf, alergi, dan sindrom kaki tak mau diam.

Read More

Sebuah studi baru menyarankan, pilihan pertama untuk mengobati insomnia kronis haruslah berupa terapi perilaku kognitif, yaitu cara yang akan membantu tubuh menemukan siklus tidurnya kembali. Bukan memaksa tubuh tidur dengan pengaruh obat.

Akan dibutuhkan lebih banyak waktu dan usaha untuk bisa terlelap saat menjalani terapi, ketimbang meminum pil tidur.

Tetapi American College of Physicians menjelaskan, bahwa metode terapi yang dikenal dengan cognitive behavioral therapy (CBT) cukup efektif dan tidak membawa efek samping layaknya pil tidur. Pengobatan ini mengombinasikan terapi bicara, intervensi perilaku dan pendidikan.

Rekomendasi terapi ini ditujukan sebagai langkah pertama pengobatan. Jika terapi tidak bekerja, maka barulah dokter bisa mempertimbangkan untuk menyertai obat di dalamnya.

“Resep pil tidur bukanlah langkah pertama untuk para penderita insomnia,” kata Dr. Thomas Tape, kepala penyakit umum di Universitas Nebraska Medical Center.

“Namun sayangnya, bagi banyak dokter, terapi ini belum menjadi langkah pertama yang diambil,” katanya.

Hal tersebut terkait dengan tantangan dalam mencari tenaga kesehatan yang terlatih untuk memberikan terapi CBT kepada penderita insomnia. Karena belum umum, terapi juga tidak selalu masuk dalam daftar penggantian biaya kesehatan asuransi.

Menurut jurnal ilmiah yang diterbitkan dalam Annals Monday menyimpulkan, pil tidur hanya efektif digunakan untuk insomnia jangka pendek, sehingga efek penggunaan pil tidur lebih dari empat sampai lima minggu belum diteliti dengan baik.

Sehingga, terapi dianggap sebagai cara yang paling aman untuk menghindari efek samping obat yang bisa saja menyebabkan masalah kesehatan yang serius.

Food and Drug Administration dalam beberapa tahun terakhir menurunkan dosis yang dianjurkan untuk pil tidur. FDA mengatakan, obat-obatan tersebut bisa berada di aliran darah cukup lama dan mengganggu aktivitas yang memerlukan kewaspadaan dan konsentrasi.

Related posts