BABAT POST – Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit yang ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti. Seseorang yang pernah terinfeksi DBD akan mengira bahwa dirinya aman dari risiko penularan berikutnya. Lalu, benarkah anggapan ini?
Infeksi virus memang dapat membuat tubuh kita menjadi kebal sehingga kemungkinan tertular virus yang sama lebih rendah.
Meski begitu, pada virus dengue bukan tak mungkin kita akan terkena kembali meski sudah sebelumnya sudah pernah sakit DBD. Hal ini karena virus dengue memiliki beberapa macam serotipe.
Menurut dr Mozes Silaban, spesialis penyakit dalam dari Siloam Hospitals Lippo Village, ada empat macam serotipe virus dengue, yakni DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4.
Tubuh punya mekanisme membangun kekebalan pada virus dengue setelah pernah terinfeksi. “Kekebalan pada salah satu serotipe dan pada serotipe lain belum,” katanya seperti dikutip harian Kompas (2/5/2016).
Demam berdarah dengue disebabkan infeksi dengue dari genus Flafivirus ditransmisikan nyamuk betina, kebanyakan dari spesies Aedes aegypti.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memprediksi, di dunia ada 390 juta kasus DBD per tahun dengan 96 juta kasus termanifestasi klinis.
Menurut Mozes, kembali tertularnya seseorang yang sembuh dari DBD disebut secondary infection. Beberapa bulan atau tahun kemudian, pasien mengalami gejala DBD lagi, seperti pusing, nyeri mata, dan pegal, mirip gejala flu. Trombosit turun jadi kurang dari 150.000 trombosit per mikroliter darah dan hematokrit naik 5-10 persen.
Karena itu, mantan pasien DBD harus tetap waspada dan tak bisa hanya mengandalkan sistem kekebalan tubuh. Pencegahan penyebaran virus, perkembangbiakan nyamuk, dan gigitan nyamuk harus terus dijalankan.
Hal yang sama juga diungkapkan dokter spesialis penyakit dalam yang juga konsultan penyakit tropik infeksi di FKUI RSCM, Leonard Nainggolan, seseorang yang sudah pernah terinfeksi DBD memang memiliki antibodi untuk melawannya. Namun dijelaskannya, virus DBD tidak hanya satu jumlahnya. Setidaknya menurutnya, risiko orang terinfeksi DBD bisa mencapai empat kali seumur hidupnya.
“Kalau sudah kena sekali DBD, maka bukan berarti akan kebal dan tidak tertular lagi. Karena virus DBD ada 4 jenis, yaitu DEN-1, 2, 3 dan 4. Jadi (minimal) kita bisa kena DBD empat kali seumur hidup,” ujar Leonard, pada temu media yang dihelat PB PAPDI, di RSCM Jakarta.
Leonard mencontohkan, ketika seseorang terinfeksi virus DEN-1, maka secara otomatis tubuhnya membentuk antibodi. Namun itu hanya mampu menetralisir virus DEN-1. Sedangkan untuk tiga jenis virus dengue lainnya, antibodi dalam tubuh tidak bisa menetralisirnya.
“Bahkan kasus DBD kedua atau ketiga kali, biasanya lebih berat ketimbang kasus DBD yang pertama kali,” imbuhnya.
Untuk mencegah penularan, Leonard mengakui bahwa belum ada vaksin yang ampuh untuk membunuh virus DBD. Satu-satunya yang bisa dilakukan adalah menjaga kebersihan diri dan lingkungan, terutama di musim penghujan seperti ini, agar terhindar dari gigitan nyamuk Aedes Aegypti.
“Karena belum ada vaksin atau obat untuk membunuh virus, maka pengendalian lingkungan dan perilaku itu penting. Salah satunya dengan mencegah genangan air terutama saat musim hujan, karena satu tetes genangan air saja bisa menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk,” pungkasnya.