Jembatan Ambruk Akses Jalan dan Transportasi Antar Desa dan Kecamatan Terputus

BABAT POST – Sebuah jembatan penghubung antardesa dan kecamatan di Majene, Sulawesi Barat, ambruk hingga konstruksinya patah di tiga bagian.

Jembatan tersebut tepatnya berada di jalur trans Sulawesi yakni di Desa Dekin, Kecamatan Malunda, Kabupaten Majene, Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar).

Jembatan ambruk diduga karena dinding tebing yang menahan tiang penyangga jembatan sepanjang lebih dari 30 meter tergerus banjir.

Jembatan Desa Deking yang terletak sekitar 100 kilometer dari Kota Mejene dan sekitar 40 kilometer dari Kota Mamuju, ibukota Provinsi Sulbar itu, kini dalam posisi miring akibat bagian utara jembatan tersebut jatuh terperosok ke sungai.

Berita Terkait :  Cara Bijak Manfaatkan THR

Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa ini. Namun, akses jalan dan transportasi antardesa dan kecamatan terputus. Jembatan itu merupakan akses utama penghubung Desa Adolang dan Kelurahan Sirindu serta kecamatan lain di sekitarnya.

Sebagian warga nekat melalui jembatan itu dengan berjalan kaki meski sewaktu-waktu jembatan itu bisa rubuh.

Akibat kejadian itu, ratusan kepala keluarga Desa Adolang terisolasi. Sejumlah anak tidak dapat bersekolah ke Kecamatan Pamboang.

“Ini karena banjir dua hari terakhir hingga jembatan ini ambruk,” kata Kepala Desa Adolang Burhanuddin, Kamis (28/4/2016).

Warga mempertanyakan kualitas jembatan itu sebab hujan tidak menyebabkan kenaikan tinggi debit air sungai.

Berita Terkait :  Selain Selat Sunda, Gempa Bumi Juga Guncang NTT, Maluku, dan Vanuatu

“Banjir tidak parah, hanya saja konstruksi jembatan tidak kuat hingga jembatan yang dibangun beberapa tahun ini ambruk,” ujar Mustari, salah satu warga Desa Adolang.

Untuk menjaga keselamatan warga, aparat Polsek Pamboang memasang garis polisi agar warga tidak melintas di jembatan itu.

Hingga saat ini kondisi jembatan rusak itu masih dalam perbaikan, sementara itu terjadi antrian panjang kendaraan yang akan melintasi sepanjang dua kilometer masing-masing dari dua arah jembatan tersebut.

Masyarakat di sekitar lokasi jembatan tersebut berusaha membangun jembatan darurat yang terbuat dari pohon kelapa agar bisa dilewati kendaraan yang akan melintas di jalur trans Sulawesi itu sekaligus memungut biaya setiap kendaraan Rp5.000,-.

Berita Terkait :  Libur Serentak 15 Februari Karena Pilkada Serentak, Bagaimana Daerah Yang Tak Ada Pilkada

Sementara itu, para pengendara, terutama sopir angkutan umum dan angkutan barang berharap kepada pemerintah agar segera turun tangan untuk mengantisipasi putusnya jembatan tersebut karena sangat menghambat aktivitas dan perekonomian masyarakat.

“Masyarakat pengendara juga merasa terbebani dengan adanya pungutan liar yang dilakukan masyarakat terhadap setiap kendaraan yang melewati jembatan darurat itu,” ujar Sudi, salah seorang sopir angkutan umum yang melintas di jembatan ambruk itu.

Related posts