BABAT POST – Kisah asmara Rina Nose dan Fakhrul Razi bak sebuah roller coaster. Sempat berencana untuk menikah di bulan Juli, keinginan itu harus rela mereka pendam dalam-dalam karena beberapa alasan tertentu.
Alhasil banyak orang menganggap hubungan Rina Nose dan Fakhrul hanyalah setingan semata. Bukan cuma itu saja, Fakhrul juga menjadi bulan-bulanan netizen karena dianggap tak serius menjalani hubungan dengan Rina.
Lika-liku asmara Rina Nose dan Fakhrul ini ternyata menarik perhatian salah seorang paranormal, Mbah Mijan. Yap, Mbah Mijan melihat ada aura coklat kemerahan di hubungan mereka berdua.
Warna ini ternyata membawa aura yang negatif buat Rina dan Fakhrul. Mbah Mijan lalu menyarankan agar keduanya mencoba membuang sial dengan melakukan ritual ruwatan.
“Rina Nose putus cinta, emang mereka pacaran? | Saran: Lakukan ruwatan, buang aura cokelat kemerahannya dan nikahlah dengan pria Indonesia,” tulis Mbah Mijan di Twitter miliknya.
“Aura cokelat kemerahan, asmaranya apes | Sering gagal, itu artinya ada aura negatif yang dominan, seperti Eli Sugigi yang bisa gagal lagi,” tambahnya.
Beragam komentar pun datang dari para netizen. Tentunya banyak yang penasaran apakah ramalan Mbah Mijan ini cocok dengan kelanjutan kisah asmara Rina Nose dan Fakhrul Razi.
Apakah kalian setuju dengan ramalan Mbah Mijan ini? Benarkah ada aura negatif di dalam hubungan asmara Rina Nose dan Fakhrul Razi?
Hubungan asmara Rina Nose dan Fakhrul Razi memang menjadi perbincangan yang tak dilewatkan oleh publik. Terlebih lagi untuk mereka yang gemar nonton ajang D’ Academy.
Saat ditemui di Jakarta Barat, Rina menjelaskan rencana pernikahannya. “Urusannya banyak banget dari atur jadwal, tanggal, tanda tangan sana sini di tengah kesibukan aku. Namanya pernikahan dua negara berbeda, ribet prosedur,” ucap Rina Nose.
Rencananya, Rina dan Fakhrul akan menikah di tanah suci, Mekah. “Kami menikah sekalian umroh di sana,” katanya.
Tak seperti artis-artis lainnya, tak akan ada resepsi pernikahan dari dua selebritis ini. “Gak akan resepsi, kita syukuran aja di yayasan. Gak ada kartu undangan juga.”
“Gak suka yang ribet makanya gak mau ada undangan gitu. Aku penginnya yang simple dan yang diharapkan doanya aja.”
Yang membuat mereka santai karena keluarga masing-masing tak menuntut adanya pesta yang meriah. Kesederhanaan adalah hal yang mereka inginkan.
“Keluarga aku gak menuntut pestanya gimana gimana. Mereka simple aja,” pungkasnya.
