BABAT POST – Donald Trump, bakal calon presiden AS dari Partai Republik untuk pertama kali mengungkap kebijakan luar negeri yang akan dijalankan jika memenangkan pemilu.
Dalam pidatonya di sebuah hotel di Washington DC, Trump berjanji akan menghancurkan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) sebagai bagian dari politik luar negeri “America First” yang diusungnya.
Trump juga mengatakan dia akan mengubah kekacauan dengan perdamaian sembari mentransformasikan perekonomian AS dan menambah investasi di bidang militer.
Trump ingin menyampaikan bahwa hanya dengan membangun kekuatan AS di dalam negeri, baik dari sisi ekonomi dan militer, maka negeri itu akan mendapatkan rasa hormat dari seluruh dunia.
Meski berjanji akan menghancurkan ISIS lewat rencana jangka panjang untuk mencegah penyebaran Islam radikal, Trump gagal membeberkan rincian strategi anti-ISIS yang diusungnya.
“Kita sebagai bangsa harus lebih tidak bisa diprediksi. Menghambat penyebaran Islam radikal harus menjadi tujuan kebijakan luar negeri AS dan dunia,” ujar Trump dalam pidatonya, Rabu (27/4/2016) malam.
“Kita akan mengeluarkan biaya untuk membangun kembali militer negeri ini. Dominasi militer AS harus tak bisa dipertanyakan lagi,” tambah dia.
Trump melanjutkan, AS juga harus mengubah kebijakan perdagangan, imigrasi dan perekonomian untuk menjadikan ekonomi AS kuat kembali.
“Dan menjadikan AS menjadi negara utama lagi,” Trump menegaskan.
Kali ini, Trump tak menyinggung rencana melarang umat Muslim masuk ke AS, seperti yang pernah diusungnya dalam masa kampanye.
Dia kini justru berencana untuk meningkatkan kerja sama dengan para sekutu AS di Timur Tengah untuk menghadapi terorisme.
“Kita akan bekerja sama sangat erat dengan teman-teman kita di negara-negara Muslim, yang sama-sama berisiko menghadapi aksi kekerasan,” lanjut dia.
Dalam pidato ini, Trump juga mengkritik NATO yang disebutnya sebagai sebuah aliansi ketinggalan zaman dan menyebut para sekutu AS tak menanggung beban yang sama.
Selain itu, Trump juga menjanjikan menggelar pembicaraan dengan Rusia dan China dalam upaya untuk mendapatkan rasa hormat dari kedua negara besar itu.
Namun pidato Trump ini juga diwarnai kontradiksi, sebab di satu sisi dia menyebut akan meningkatkan dan memordenisasi persenjataan nuklir AS.
Namun, di sisi lain pidatonya, Trump menyebut senjata berkekuatan tinggi merupakan ancaman bagi kelangsungan dunia.
Pidato Trump ini langsung mendapat reaksi beragam. Kecaman bahkan datang dari politisi senior Partai Republik Lindsey Graham.
Graham menyebut, pidato Trump menyedihkan dan merupakan sebuah isolasi yang diselimuti jalan pikiran yang saling tak tersambung.
Selain itu, ujar Graham, pidato Trump itu menunjukkan pemahaman yang kurang terkait ancaman yang dihadapi AS.
Kecaman juga datag dari tim kampanye Hillary Clinton yang menyebut Trump “lepas kendali” dalam hal kebijakan luar negeri.
“Retorika anti-Muslim yang dilayangkan Donald Trump bertentangan dengan semua yang kita perjuangan,” demikian pernyataan resmi tim kampanye Hillary Clinton.