Inilah Alasan Warga Maluku Barat Daya Lebih Memilih Berobat ke Negara Tetangga

BABAT POST – Bupati Kabupaten Maluku Barat Daya (MBD) Barnabas Orno mengakui banyak warganya yang sakit memilih berobat ke Timor Leste dari pada ke Ambon, Ibu Kota Provinsi Maluku.

“Memang ada banyak warga MBD yang lebih memilih berobat ke Timor Leste saat mereka sakit, itu sudah biasa dilakukan,” ungkap Orno kepada waratwan di Kantor Gubernur Maluku, Selasa (26/4/2016).

Dia mengaku selain kurangnya fasilitas kesehatan yang memadai di sejumlah pulau di kabupaten itu, warga lebih memilih berobat ke Timor Leste juga karena jaraknya yang relatif lebih dekat untuk dijangkau.

“Memang selain karena minimnya fasilitas kesehatan warga kesana (Timor Leste) juga karena dekat,” jelasnya.

Berita Terkait :  Indonesia Indicator sebut Gibran Wali Kota terpopuler

Warga sejumlah pulau terluar di MBD kerap memilih berobat ke bekas provinsi Indonesia itu ketimbang ke Kota Ambon karena jaraknya lebih jauh dibandingkan ke Timor Leste.

Barnabas mengatakan, pihaknya telah mengusulkan ke pemerintah untuk dibangun sebuah rumah sakit di wilayah terluar di kabupaten tersebut.

”Kami sudah usulkan ke pemerintah pusat untuk membangun rumah sakit di sana,”katanya.

Senada, Ketua DPRD MBD Chao Petrus menyebutkan, banyaknya warga yang memilih berobat ke Timor Leste lantaran mereka merasakan nyaman. ”Karena ada hubungan emosional juga sehingga warga lebih memilih berobat ke Timor Leste,” sebutnya.

Thomas Tena (53), warga Pulau Lirang, yang mempunyai pengalaman mengantar keluarganya berobat ke Dili. Ketika anaknya, Meske Tena (30), hendak melahirkan pada 2012, mereka membawanya ke Dili karena tidak bisa dibantu di Puskesmas Lirang. Meske tidak bisa melahirkan normal dan harus melalui operasi, tetapi di puskesmas setempat tidak ada alat operasi dan dokter ahli.

Berita Terkait :  Bocah SD UN di Kantor Polisi

Keluarga membawa Meske menggunakan perahu motor dari Lirang langsung ke Dili dengan waktu tempuh sekitar 4 jam. Kendati ditangani dokter dengan baik, cucu Thomas tidak selamat. Lagi-lagi karena lambatnya penanganan.

“Air ketuban sudah keluar sejak kami masih di Lirang dan waktu itu sudah malam. Ini risiko tinggal di daerah yang jauh dari rumah sakit,” ujarnya.

Ada juga kisah Rulan Malau (39) yang membawa dua anaknya, Rahel Kristian (8) dan Lasarus Agustinus (6), ke Dili pada Desember 2015 menggunakan perahu motor. Keduanya menderita penyakit paru-paru dan dirawat di Dili hingga benar-benar sembuh. Seperti warga Lirang lain, selama hampir tiga minggu di sana, dua anak Rulan mendapat pelayanan gratis.

Berita Terkait :  Ketua DPR minta pemerintah percepat program vaksinasi COVID-19

Kepala Puskesmas Ustutun, Pulau Lirang, Izhaak Salaman mengatakan, banyak warga berobat ke Timor-Leste karena minimnya fasilitas dan tenaga medis di Maluku Barat Daya.

Beberapa pasien itu meninggal, baik ketika di Dili maupun saat dalam perjalanan dari Lirang ke Dili. Tahun 2013, 1 orang yang meninggal, 2014 (1 orang), 2015 (2 orang), dan 2016 (1 orang).

Related posts