BABAT POST – Pengaruh siklus lunar atau bulan pada perilaku manusia kembali dibuktikan secara ilmiah. Pada anak, bulan purnama memicu susah tidur meski diakui tidak terlalu berdampak pada kesehatan.
Jika pada penelitian-penelitian sebelumnya para ilmuwan hanya menanyakan pola tidur anak pada orang tua, kali ini mereka memasang akselerometer. Alat ini serupa seperti fitness tracker tapi bisa memonitor tidur selama 24 jam dalam sehari, dan 7 hari dalam seminggu.
Penelitian yang melibatkan 5.800 anak usia 9-11 tahun di 12 negara ini menunjukkan adanya hubungan antara bulan purnama dengan jumlah tidur yang lebih sedikit. Namun, perbedaannya sangat sedikit yakni sekitar 5 menit sehingga dinilai tidak terlalu berdampak pada kesehatan.
“Keterkaitan antara fase bulan dengan durasi tidur anak, aktivitas maupun perilaku, tidak terlalu berarti dari sudut pandang kesehatan masyarakat,” tulis pada ilmuwan dari Children’s Hospital of Eastern Ontario Research Institute yang melakukan penelitian tersebut.
Meski ada sedikit perbedaan pada durasi tidur, aktivitas anak pada berbagai fase bulan tidak ada perbedaan. Jumlah waktu yang dihabiskan untuk aktivitas dengan intensitas tinggi, rendah, maupun sedentary, dalam sehari teramati sama saja.
Soal durasi tidur, belum diketahui pasti apa yang membuatnya terpengaruh oleh fase bulan. Berbagai spekulasi berkembang, salah satunya efek grafitasi dan pantulan radiasi solar atau matahari, yang berpengaruh pada pelepasan hormon tertentu di sistem saraf pusat.
Para ilmuwan sudah lama mengetahui bahwa tubuh manusia sering mendasari kegiatan utama mereka pada siklus yang teratur misalnya ritme circadian yang terjadi selama satu hari. Berdasarkan temuan ini, peneliti berpikir bahwa ritme circalunar atau siklus perjalanan bulan kira-kira terjadi di antara dua bulan purnama.
Sejumlah perilaku hewan pun terkait dengan siklus bulan, misalnya seks karang. Perempuan dewasa juga mengalami siklus menstruasi setiap bulannya. Oleh karena itu, efek circalunar pada aktivitas tidur juga kemungkinan akibat peninggalan masa lalu di mana bulan disinkronkan dengan perilaku manusia.
Gaya gravitasi bulan sudah jelas berpengaruh pada pasang surut air laut, tapi efek ini terjadi lebih lemah di danau dan hampir nihil mempengaruhi tubuh manusia. Dibanding gravitasi, setiap ritme circalunar yang mempengaruhi tubuh manusia mungkin diatur oleh cahaya bulan. Pengaruh cahaya listrik dan aspek lain dari kehidupan modern bisa menutupi cahaya bulan pada tubuh manusia.
“Akan menarik untuk melihat efek ini pada orang yang masih tinggal di luar tanpa cahaya buatan tapi dari cahaya perapian. Kemungkinan lain juga akan menguji simulasi cahaya bulan yang berbeda dan dampak pada tidur peserta di laboratorium,” kata Chronobiologist dan peneliti tidur Christian Cajochen di Psychiatric Hospital of the University of Basel di Swiss telah menyelesaikan studi laboratorium tentang masalah tidur yang hasilnya bisa meninjau bukti kemungkinan efek bulan pada manusia.
Lantas, seperti apakah gangguan ritme circalunar yang mungkin berefek buruk pada kesehatan? Menurut Cajochen, efek cahaya bulan pada setiap jam circalunar muncul jauh lebih lemah daripada siang hari pada jam sirkadian.
“Saya tidak berpikir bahwa orang-orang modern terus menerus terganggu tidurnya ketika mereka melihat cahaya bulan. Namun, paparan cahaya buatan pada malam hari yaitu saat jam tubuh kita tidak mengharapkan cahaya, maka ritme itu bisa mengganggu tidur,” jelas Cajochen.
Ia menambahkan, bagi sebagian orang yang sensitif dengan efek bulan dan itu mengganggu tidur mereka, dokter mungkin harus menganggapnya serius dan tidak hanya berpikir itu alasan kualitas tidur yang buruk. Para ilmuwan telah merinci temuan mereka pada tanggal 25 Juli di jurnal Current Biology.