BABAT POST – Penyelenggaraan Musyawarah Nasional Luar Biasa Partai Golkar kembali diundur. Semula, penyelenggaraan Munaslub dijadwalkan akan dilangsungkan pada 7-8 Mei 2016 di Bali. Mundurnya penyelenggaraan disinyalir akibat belum rampungnya konsolidasi internal partai berlambang pohon beringin itu.
Kemudian, panitia pengarah memutuskan untuk menundanya hingga 17 Mei lantaran belum menerima surat keputusan Menkumham terkait pengesahan pengurus DPP Partai Golkar hasil rekonsiliasi.
Belakangan, penyelenggaraan Munaslub kembali diundur menjadi 25 Mei dengan alasan yang sama.
“Memang terjadi tarik menarik yang luar biasa di internal Golkar ini. Sebab, untuk membangun kompromi politik itu tidaklah mudah,” kata pengamat politik dari Universitas Gajah Mada Arie Sudjito saat dihubungi, Selasa (19/4/2016).
Menurut dia, ketiadaan SK Menkumham yang menjadi alasan mundurnya penyelenggaraan Munaslub bukanlah persoalan yang besar. Hal itu sepanjang ada konsensus saling pencaya yang telah dibangun masing-masing pihak.
Lebih jauh, ia menilai, ada dua cara untuk menyelesaikan konflik internal Golkar, yakni secara demokratis atau menggunakan pendekatan otoriter. Kedua cara itu memiliki konsekwensi berbeda.
“Kalau cara demokratis memang lebih bagus, tapi lama sekali prosesnya. Tapi kalau cara yang kedua, otoriter dengan komando, memang cepat selesai tapi akan menyisakan persoalan baru,” kata Arie.
Calon Ketua Umum Partai Golongan Karya Syahrul Yasin Limpo mengaku kesal atas mundurnya jadwal Musyawarah Nasional Luar Biasa Partai Golkar. Menurut dia, mundurnya jadwal Munaslub Gokar tersebut sudah kedua kalinya.
“Semula 7 Mei, kemudian 17 Mei. Informasi terakhir, 25-27 Mei. Ini ada apa?” kata Syahrul kepada wartawan di Loop Corner, Jalan A.P. Pettarani, Makassar, Senin, 18 April 2016.
Ia menilai mundurnya jadwal munaslub yang akan digelar di Nusa Dua Bali itu bagian strategi kelompok tertentu yang mendukung seorang calon ketua umum untuk menggembosi calon lain.
“Misalnya saya telah mendapatkan dukungan sembilan suara dari DPD I Golkar di Riau. Karena jadwal mundur, dukungan saya berkurang di daerah itu menjadi lima saja. Sisanya diambil mereka,” ucap Syahrul.
Meski demikian, Syahrul tak ingin menyebut siapa kelompok tertentu yang dimaksud. “Masak, saya mau ke Riau lagi setelah dukungan suara saya diambil. Tentu tidaklah, karena buang-buang tenaga,” ujarnya
Syahrul berharap pengurus pusat menentukan jadwal secara pasti, agar tidak mempengaruhi psikologis peserta yang ingin maju pada pemilihan tersebut. “Tentu ini mempengaruhi psikologis peserta, termasuk saya,” tutur Syahrul.
Syahrul menambahkan, ia bersama tim pemenangannya telah membangun koalisi dengan calon ketua umum lain, yakni Aziz Syamsuddin, Airlangga Hartarto, dan Mahyuddin. “Sabtu lalu, kami sudah melakukan pertemuan dengan tim pemenangan mereka. Baru sebatas penyamaan visi dan misi. Selanjutnya akan ada pertemuan berikutnya untuk menyamakan persepsi,” katanya.