Penyebab Makanan Cepat Saji itu Tidak Sehat

BABAT POST – Makanan cepat saji atau dikenal juga dengan istilah fast food mengacu pada makanan yang disajikan dalam waktu yang relative cepat. Kita sebagai pelanggan tidak perlu menunggu lama agar makanan siap tersedia di meja anda. Bagi orang yang super sibuk, makanan cepat saji mungkin bisa menyelesaikan masalah mengenai ‘waktu adalah uang’ bagi orang – orang super sibuk ini. Tetapi satu hal yang harus menjadi pertimbangan adalah, makanan cepat saji ini disinyalir menjadi faktor penyebab berbagai penyakit pada tubuh kita.

Makanan cepat saji memang bisa menjadi solusi untuk menghemat waktu. Namun, makanan cepat saji bukan solusi untuk kebutuhan nutrisi tubuh anda. Beberapa penelitian bisa mengemukakan jika makanan cepat saji dapat mengakibatkan efek yang sangat merugikan bagi kesehatan.

Read More
Berita Terkait :  Trik atasi bibir kering saat puasa

Bila Anda ingin sehat, sebaiknya lupakan kesukaan mengonsumsi makanan cepat saji atau fast food. Makanan jenis ini tinggi kandungan sodium, gula, dan juga lemaknya.

Terlalu sering mengonsumsi makanan cepat saji bukan hanya menyebabkan kegemukan. Sebuah studi terbaru menyebutkan, fast food juga mengandung phthalates, zat kimia yang bisa memiliki efek mengganggu kadar hormon tubuh dan menurunkan jumlah sperma.

Phthalate sendiri biasanya ditemukan dalam produk pewangi, kosmetik, serta produk pembersih.

Laporan yang dimuat dalam jurnal Environmental Health Perspective itu menyebutkan, orang yang sering mengonsumsi fast food memiliki konsentrasi tinggi dua zat kimia ketika phthalate dipecah di tubuh.

Berita Terkait :  Keluarga Pasien Gagal Ginjal Akut Bisa Gugat BPOM dan Produsen Obat

Dua penelitian sebelumnya menunjukkan, pola makan yang sering mengasup makanan yang diproses akan menyebabkan paparan zat kimia phthalates dan bisphenol A tinggi. Tapi dalam studi terbaru yang difokuskan adalah mekanan cepat saji.

Penelitian ini dilakukan dengan mengamati data dari 8.800 orang yang mengikuti survei tentang makanan apa yang dikonsumsi dalam 24 jam terakhir. Mereka juga memberikan contoh urine pada para peneliti.

Dua jenis hasil olaharan phthalate ditemukan, yakni DEHP dan DiNP. Orang yang sekitar 35 persen asupan kalorinya berasal dari makanan cepat saji dalam 24 jam terakhir, memiliki kadar kedua zat kimia itu paling tinggi dibanding orang yang tidak makan fast food.

Berita Terkait :  Tips Hadapi Pria yang PMS

Menurut Ami Zota, peneliti, phthalate kemungkinan masuk dalam makanan dalam proses persiapan dan pengemasan. Sarung tangan plastik dan juga ban berjalan di dapur cepat saji bisa jadi penyebabnya.

“Panas dari proses pemasakan juga membuat zat kimia ini lebih mudah masuk dalam makanan,” kata Zota.

Related posts