Di Tahun 2019 Akan Ada 1500 Dokter Jantung di Indonesia

BABAT POST- Dalam pengobatan masalah jantung masyarakat Indonesia kebanyakan melakukannya di luar negeri. Hal ini disebabkan jumlah dokter spesialis jantung di Indonesia masih belum banyak. Meski para dokter jantung di sini memiliki kemampuan yang tak kalah mempuni dari Singapura dan negara lain, orang yang mempunyai banyak uang akan tetap memilih berobat ke luar negeri karena tak tahan dengan antrean yang cukup panjang.

Ketua Annual Scientific Meeting of Indonesian Heart Association (ASMIHA) 2016, dr Daniel Tobing, MD, FIHA, FasCC, FAPSC, FAPSIC, FESC, mengatakan, jumlah dokter yang belum memadai masih menjadi kesenjangan di bidang layanan kardiovaskular yang harus cepat ditangani. “Saat ini 30 dokter disiapkan untuk menangani 100 ribu penduduk,” kata Daniel di Annual Scientific Meeting of Indonesia Heart Association (ASMIHA) 2016 di Jakarta, Jumat (15/4/2016) sore.

Ia mengimbau agar pemerintah tidak hanya meningkatkan ketersediaan fasilitas kesehatan di layanan primer, tapi juga memberikan pelatihan secara teratur untuk tenaga kesehatan.

Berita Terkait :  Yuk Cegah Alzheimer Dengan Cara Mengkonsumsi Kunyit

Sekretaris Eksekutif PP PERKI, dr Isman Firdaus SpJP(K) membenarkan hal tersebut. Ia mengatakan seharusnya satu dokter jantung melayani kurang lebih 100 ribu pasien, bukan malah melayani lebih dari 200 ribu orang pasien.

Jadi wajar bila pada akhirnya mereka yang berduit memilih merogoh kocek berobat ke luar negeri seperti Singapura, yang penting tidak menunggu lama akibat antrean yang mengular.

“1.500 dokter jantung harus tersedia pada 2019 adalah target kami saat ini. Nantinya dapat disebar secara merata dari Sabang sampai Merauke. Minimal di rumah sakit tipe C ada satu dokter jantung, sehingga yang dari daerah tak perlu dirujuk ke kota besar,” kata Isman.

Teknologi dan keahlian dokter di Indonesia dalam hal mengobati penyakit jantung kini tak kalah dengan negara lain. Salah satu bukti adalah penggunaan TAVI (Transcatheter Aortic Heart Valve) yang dimulai pada 2015.

Berita Terkait :  Kemendag Waspadai Obat Sirup Anak Langka dan Mahal Akibat Berita Gagal Ginjal Akut Merebak

“Belum semua negara di Asia bisa melakukan ini,” kata Sekretaris Eksekutif PP PERKI, dr Isman Firdaus SpJP(K) di Annual Scientific Meeting of Indonesia Heart Association (ASMIHA) 2016 di Jakarta, Jumat (15/4/2016) sore. TAVI, jelas Firdaus, adalah cara mengatasi masalah katup jantung tanpa operasi pembedahan.

Tak main-main, sebagai bukti bahwa Indonesia tak kalah dari Singapura dan Malaysia adalah bakal ada teknologi baru lain yang akan dikerjakan di Indonesia, memasang alat pacu jantung tanpa kabel.

Ketua Umum PERKI, dr Anwar Santoso, PhD, FIHA, FasCC, FESC, menyebut, banyak sekali kemajuan yang telah dicapai dokter jantung di Indonesia dalam bidang kardiovaskular di Indonesia. Di bidang kuratif saja, ditemui satu teknologi yang diakui telah berhasil mengurangi angka kematian akibat gagal jantung, Percutaneus Coronary Intervention (PCI).

Berita Terkait :  Tak Ingin Wajah Keriput? Konsumsi 5 Nutrisi Kulit Ini Setiap Hari

“Ada juga teknologi Cardiac Resynchronization Therapy (CRT) dan Left Ventricular Assist Device (LVAD) yang sangat menolong pasien gagal jantung,” ujar Anwar.

Pemasangan pacu jantung pada kasus gangguan irama jantung dan ICD terbukti menurunkan kematian jantung mendadak. Selain itu dalam bidang pembuluh darah digunakan juga teknologi Thoracic Endovascular Aortic Repair (TEFAR) dan Endovascular Aneurysm Repair (EVAR).

Di bidang pediatrik (anak) pun terdapat kemajuan dalam penanganan penyakit jantung congenital, misal penanaman alat Patent Ductus Arteriosus (PDA), Amplatz Duct Occluder (ADO), dan Amplatz Septal Occluder (ASO) yang akan membantu pasien kelainan jantung bawaan pada anak.

Di bidang pencitraan (imaging) jantung sehingga diagnosa dapat dilakukan secara akuran dan tepat, antara lain Transthoracic echocardiogram (TTE), Transesophageal exhocardiography (TEE), Cardiac Magnetic Resonance Imaging (CMRI), dan Radio Nuclear Imaging.

Related posts