Efek Jera Pengendara Mabuk di Thailand yang Menyeramkan

BABAT POST – Bagi pengendara yang mengemudikan kendaraan dalam kondisi mabuk di jalanan Thailand mungkin harus berpikir dua kali sebelum menghadapi ancaman sanksi yang niscaya bikin merinding. Mereka akan dikirim ke kamar jenazah, untuk bekerja sebagai relawan di sana.

Sanksi tersebut diberlakukan dalam rangka memperkecil angka kecelakaan lalu lintas yang tinggi di negara tersebut.

“Tujuannya agar pelaku jera,” kata pejabat kepolisian, Kolonel Kriangdej Jantarawong seperti dikutip dari BBC, Selasa (12/4/2016).

Sekitar 24 ribu orang meregang nyawa di jalanan Thailand tiap tahunnya, demikian data Badan Kesehatan Dunia (WHO).
Jumlah kematian per kapita akibat kecelakaan lalu lintas di jalan raya Negeri Gajah Putih hanya bisa disalip oleh Libya.

Thailand mendapatkan peringkat lalu lintas paling mematikan tertinggi kedua di dunia, dengan 44 kematian per 100 ribu penduduk, demikian menurut para peneliti di Institut Riset Transportasi Universitas Michigan.

Berita Terkait :  Ucapaan Selamat CEO Amazon ke Donald Trump Berupa Sindiran atau Nyata?

Sejauh ini, pemerintah Thailand telah mengirim sejumlah pengemudi mabuk dan ugal-ugalan untuk bekerja di bangsal rumah sakit, demikian menurut petugas departemen yang memberikan sanksi sosial, Nontajit Netpukkana.

Namun, aparat berpendapat, itu tak cukup menimbulkan efek jera. Maka dari itu, ‘intensitas’ hukuman ditambah.

Diharapkan, dengan bekerja di kamar jenazah, para pelanggar lalu lintas akan lebih menyadari konsekuensi dari tindakan mereka.

Kabinet telah menyetujui rencana tersebut. Sementara, keputusan mengirim seseorang ke instalasi penyimpanan jasad akan diputuskan pengadilan, demikian dikabarkan Bangkok Post.
Pada Rabu 13 April 2016, rangkaian Songkran atau tahun baru tradisional mulai dirayakan.

Angka kematian akibat kecelakaan terbanyak di Thailand terjadi saat liburan tahunan Songkran, ketika banyak warga mengendarai motor tanpa helm. Saat Songkran, warga Thailand berkumpul bersama keluarga dan sering kali minum hingga mabuk, lalu pergi berkendara.

Berita Terkait :  Tesla pindah ke posisi No. 7 untuk perusahaan AS yang paling berharga berdasarkan kapitalisasi pasar

Itulah sebabnya, liburan Songkran yang dimulai pada 13 April besok mendapatkan julukan “Tujuh Hari dalam Bahaya”. Di hari libur ini, lebih dari dua orang tewas dan 160 terluka setiap jamnya di jalan.

Untuk mencegah semakin banyak korban tewas, pemerintah awal tahun ini menerapkan hukuman sita kendaraan selama masa liburan Songkran bagi para pengemudi mabuk. Pekan lalu, pemerintah juga menyetujui rencana hukuman kerja amal di kamar mayat bagi pelanggar lalu lintas.

“Pelanggar lalu lintas yang dinyatakan bersalah oleh pengadilan akan dikirim untuk melakukan kerja amal di kamar mayat rumah sakit,” kata kolonel polisi Narongdej Jantanawong, wakil direktur divisi perencanaan tugas khusus.

“Strategi ini digunakan untuk membuat pelanggar lalu lintas jera mengemudi sembarangan atau berkendara dalam keadaan mabuk. Hal ini bertujuan untuk menjadi pencegahan,” lanjut Narongdej.

Anurak Amornpetchsathaporn, direktur tanggap darurat untuk biro kesehatan masyarakat, mengatakan pada Senin (11/4) tugas bekerja di kamar mayat rumah sakit dapat memberikan efek jera kepada pengemudi yang ugal-ugalan. hukuman sebelumnya, yaitu membersihkan taman dan perpustakaan terbukti gagal.

Berita Terkait :  Batas Waktu Habis, Satu Lagi Warga Kanada Dieksekusi Mati Kelompok Abu Sayyaf

“Mereka harus melihat kerusakan fisik dan mental yang sebenarnya,” katanya. “Di kamar mayat, mereka harus membersihkan dan memindahkan mayat, mudah-mudahan mereka akan merasakan sakit, semoga mereka dapat memahami dan mendapat hati nurani yang baik sehingga bisa lebih aman di jalan-jalan.”

Mayoritas orang memilih merayakan Songkran di kampung halaman. Mereka pun rela berkendara selama berjam-jam demi bisa mudik.

Tak hanya saling menyemprotkan air sebagai bagian dari perayaan, pesta minuman keras pun kerap dilakukan. Pekan ketika festival berlangsung bahkan dijuluki ‘7 hari paling mematikan’ di Thailand karena melonjaknya angka kematian akibat kecelakaan lalu lintas.

Related posts