BABAT POST – Perlawanan terhadap kekuasaan Cina telah berlangsung sejak lama di Xinjiang. Saat ini, kebanyakan pemimpin perlawanan berada di pengasingan, antara lain di Turki, Jerman dan Amerika Serikat. Kebanyakan gerakan ini adalah gerakan kesukuan yang sekuler, walaupun terdapat beberapa gerakan yang berideologi Islam.
Sejak Peristiwa 11 September di Amerika Serikat, pemerintah Cina juga mengklaim terdapat gerakan terorisme internasional di Xinjiang, yang dituduh berkaitan dengan Gerakan Taliban di Afganistan. Menurut laporan pemerintah Cina pada tahun 2002, setidaknya 57 orang tewas akibat serangan teroris di Xinjiang.
Otoritas Xinjiang, China, pun bertekad kuat menjaga stabilitas di wilayahnya yang rawan konflik. Mereka bahkan menawarkan imbalan hingga 5 juta yuan atau setara Rp 10 miliar untuk setiap informasi soal serangan teroris di wilayahnya.
Disampaikan situs berita milik pemerintah Xinjiang, Tianshan Net, seperti dilansir Reuters, Senin (11/4/2016), bahwa imbalan yang ditawarkan pemerintah dimulai dari 200 ribu yuan (Rp 405 juta). Imbalan itu untuk informasi apa pun soal serangan, penculikan, pembunuhan dan aksi teror lainnya.
Ditambahkan dalam pernyataan itu, setiap pemberi informasi bisa memilih imbalan lain berupa akses prioritas untuk sekolah atau promosi kerja.
Terhadap setiap informasi yang diberikan dan diyakini valid, nantinya akan dilakukan langkah demi memastikan pihak pemberi informasi serta keluarga mereka tidak menjadi korban aksi balas dendam.
Ratusan orang tewas dalam serangkaian kekerasan di Xinjiang dalam beberapa tahun terakhir. Pemerintah China menyalahkan militan setempat sebagai dalang kekerasan itu. Pemerintah bahkan menuding militan itu ingin mendirikan negara sendiri untuk warga minoritas Uighur di Xinjiang.
Kelompok HAM setempat juga tokoh-tokoh yang diasingkan menyebut, maraknya kekerasan di Xinjiang merupakan dampak dari kebijakan sarat penindakan oleh pemerintah China terhadap warga minoritas di wilayah tersebut. Otoritas China telah membantah adanya pelanggaran HAM di Xinjiang.
Otoritas Xinjiang sebelumnya pernah menawarkan imbalan dengan besaran bervariasi untuk informasi yang sama. Sejak tahun 2014, tercatat ada sekitar 10 ribu orang yang memberikan informasi soal aktivitas terorisme kepada otoritas setempat.
Selain Xinjiang, wilayah lainnya di China juga menawarkan imbalan bagi informasi terkait terorisme.