BABAT POST – Dibandingkan orang dewasa, pada anak-anak, gerakan menyundul bola ketika bermain sepak bola lebih berisiko membuat mereka mengalami kerusakan otak. Ilmuwan mengungkapkan bahwa sistem saraf anak-anak masih berkembang sehingga perlindungannya tidak sebaik orang dewasa.
Diungkapkan nueroscientist dr Michael Grey dari Birmingham University, ukuran kepala anak-anak pun relatif lebih besar dibandingkan tubuh mereka. Sehingga, otak lebih mungkin mengalami pergerakan di dalam tengkorak dan mengalami microdamage yang bisa memengaruhi kehidupan anak nantinya.
“Ada dua alasan terkait hal ini. Pertama, otot-otot leher anak belum dikembangkan untuk ukuran kepala anak-anak pada usia itu,” kata Grey. Alasan lain adalah otak mereka masih berkembang sehingga mereka masih dalam periode yang sangat rentan dengan benturan di kepala.
Sundulan bola juga mungkin tidak aman untuk anak-anak karena tubuh mereka belum dapat mengatasi regangan berulang, kata Grey.
Pada hari Minggu, The Independent melaporkan Asosiasi Sepak Bola Inggris (FA) melansir sebuah berita yang terkait–meski tak langsung–dengan hasil riset itu. Diberitakan bahwa kematian pemain bola Jeff Astle pada 2002 silam tak terkait dengan aktivitasnya sebagai pemain bola yang kerap menyundul bola. Astle adalah bermain lebih dari 350 pertandingan untuk West Bromwich Albion dari tahun 1960 hingga 1970-an.
Di Amerika, untuk menghindari risiko gegar otak maka dibuat peraturan bahwa anak di bawah usia 10 tahun dilarang menyundul bola. Peraturan ini juga sebagai tindak lanjut setelah dilaporkan terjadi hampir 50.000 kasus gegar otak pada siswa SMA yang bermain sepak bola dalam kurun waktu 1 tahun.
Sementara, Dawn Astle dari Jeff Astle Foundation mengatakan seringkali orang dewasa melempar bola ke arah anak-anak dan hal itu secara tidak langsung mendorong si anak untuk menyundul bola. Diibaratkan Astle, jika Anda memukul bola menggunakan laptop atau layar televisi, mungkin retakan pada kaca layar dapat terlihat.
“Tapi pada kepala, Anda tidak bisa melihat kerusakan otak yang terjadi. Padahal, otak adalah organ paling kompleks dan rapuh di dalam tubuh,” tutur Astle.
Meski begitu, bukan berarti anak tidak boleh bermain sepak bola. Menurut dia, obesitas pada anak juga patut menjadi perhatian. Sehingga, membiarkan anak banyak bergerak, salah satunya melalui olahraga, perlu dilakukan. Hanya saja, pastikan mereka melakukan olahraga dengan aman dan sebisa mungkin hindari gerakan menyundul bola.