BABAT POST – Setelah mengalami kenaikan harga pada bulan lalu, kini masuk pertengahan bulan April harga cabai mulai mengalami penurunan. Salah satunya yang terjadi di Pasar Rawasari, Jakarta Pusat.
Dari pantauan, harga cabai rawit merah yang sebelumnya sempat menembus Rp 70.000/kg, saat ini dibanderol di harga Rp 28.000/kg. Begitu pun harga cabai keriting merah, saat ini dijual pedagang Rp 24.000/kg dari harga sepekan sebelumnya Rp 35.000/kg.
“Harga cabai rawit turun perlahan. Dari di awal-awal tahun yang Rp 60.000/kg lebih, turun seminggu lalu jadi Rp 35.000/kg, sekarang sudah jadi murah lagi Rp 28.000/kg. Cabai besar sama keriting juga sudah turun lagi,” kata Nasrul ditemui di kiosnya, Pasar Rawasari, Jakarta, Minggu (10/4/2016).
Jika pada komoditas cabai mengalami penurunan harga, hal sebaliknya terjadi pada bawang merah. Komoditas bumbu dapur ini tak juga kunjung turun. Oleh pedagang, bawang merah masih dijual di harga Rp 40.000/kg.
“Kalau cabai sudah turun semua, bawang ini yang belum turun-turun dari kemarin. Masih saja Rp 40.000/kg harganya. Cabai sudah banyak (pasokan), bawang ini yang masih susah,” jelas Nasrul yang seharinya bisa menjual 10 kg bawang merah ini.
Siklus kenaikan harga cabai dan bawang merah pada tahun ini memang mengalami banyak perubahan. Hal itu tidak terlepas dari dampak El Nino yang menyebabkan masa tanam dan panen kedua bahan pangan tersebut mundur sehingga berpengaruh pada berkurangnya pasokan.
Guru Besar Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor Dwi Andreas Santosa kepada Kompas, Selasa (15/3/2016), mengatakan, puncak kenaikan harga bawang merah biasanya terjadi pada Januari dan Juni. Pada tahun ini, kenaikan harga terjadi pada Maret.
Adapun puncak kenaikan harga cabai biasanya terjadi pada Januari. Pada tahun ini, kenaikan harga terjadi juga pada Maret.
“El Nino menjadi penyebabnya. Panen dan tanam cabai serta bawang merah di daerah-daerah produsen mundur 1-2 bulan sehingga pasokan berkurang dan harga menjadi mahal,” ujarnya.
Menurut Dwi, cabai dan bawang merah merupakan bahan pangan yang mudah rusak. Jadi tidak mungkin ada kartel.
Rantai pasok cabai dan bawang merah juga tidak sepanjang beras. Paling melibatkan 4-5 rantai dari produsen ke konsumen.
“Disparitas harga yang tinggi lebih karena barang tersebut memiliki risiko mudah rusak, baik pada saat pengangkutan hingga ke tangan konsumen, dan biaya transportasi yang mahal,” ujarnya.