Sejarah Ditemukannya Nama Kampung Luar Batang

BABAT POST – Kampung yang sangat jauh dari kumpulan rumah- rumah layaknya kampung pada umunya, kini telah mencuri banyak perhatian pengunjung.

Kampung Luar Batang tiba-tiba mencuri perhatian banyak orang, setelah Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaya Purnama atau Ahok berencana ingin menertibkan kawasan tersebut. Namun tahukah Anda, kawasan Luar Batang yang menjadi salah satu dari 12 Jalur Destinasi Wisata Pesisir di Jakarta Utara ini memiliki sejarah keberadaan yang panjang.

Buku Asal-usul Nama Tempat di Jakarta tulisan Rachmat Ruchiat, yang dikutip Jumat (9/4/2016) mengungkap, kampung Luar Batang yang berlokasi di Penjaringan, Jakarta Utara, dan letaknya terhimpit terusan Pelabuhan Sunda kelapa dan kawasan perumahan elite Pluit ini, terkenal karena terdapat makam keramat yang ada di dalam masjid kawasan tersebut.

Berita Terkait :  Kisah keluarga korban Crane di Arab Saudi

Menurut sejarah, makam keramat tersebut merupakan makam Sayid Husein, yaitu seorang penyebar agama Islam yang berilmu tinggi. Ulama yang bernama lengkap SayidHusein bin Abubakar bin Abdullah al-Aydris ini juga diyakini sebagian besar orang sebagai keturunan Nabi Muhammad.

Puluhan tahun Sayid Husein berdakwah di kota-kota pesisir utara Pulau Jawa, dari Batavia sampai Surabaya. Dirinya wafat sekitar tahun 1796, dan dimakamkan di luar masjid yang dibangun di tahun yang sama. Saat Masjid Luar Batang mengalami renovasi dan diperluas pada 1827, makam keramat Sayid Husein menjadi berada di dalam ruangan masjid.

Berita Terkait :  Kapolresta Manado Amankan Gereja saat Ibadah Jumat Agung

Nama “Luar Batang” sendiri tidak lepas dari peristiwa ajaib yang terjadi pada jenazah Sayid Husein. Saat keranda, atau kurung batang dalam istilah Betawi, tempat jenazah Sayid Husein dibuka, jenazahnya raib dari kurung batang tanpa dilihat seorang pun.

Sementara itu, buku Oud Batavia yang ditulis Frederik de Haan mengungkap, kawasan ini disebut Luar Batang karena terletak di luar batang penghalang yang diletakkan melintang di muara Ci Liwung. Penghalang tersebut terbuat dari batang kayu dan diperkuat dengan besi.

Dalam bahasa Belanda batang kayu disebut boom. Kata boom sudah tertera pada peta yang diperkirakan dibuat pada 1623. Jika perahu ingin melintasi penghalang tersebut, mereka wajib membayar bea masuk. Kawasan yang berada di luar penghalang inilah yang kemudian disebut dengan Luar Batang atau dalam bahasa Belanda disebut buiten de boom.

Berita Terkait :  Sekitar 1,2 Juta Pemudik Jalur Darat Memilih Menggunakan Bus Untuk Pulang Kampung

Seiring perkembangan zaman, Masjid Luar Batang terus berkembang dalam lingkup “Oud Batavia”, dan menjadi salah satu situs bersejarah dari 12 Jalur Destinasi Wisata Pesisir yang akan dikembangkan Walikota Jakarta Utara, Rustam Effendi.

Sejarawan JJ Rizal sendiri dalam kesempatan wawancara mengatakan, “Paling tidak itu (Masjid Luar Batang) sudah menjadi tempat ziarah, bukan hanya bagi penduduk lokal, tapi juga internasional. Bukan hanya orang Islam, tapi juga orang Tionghoa, orang Indo, orang Eropa itu mereka pergi ke Masjid Luar Batang.”

Related posts