Babatpost.com – Telaga Sarangan ya, ini mungkin lokasi andalan wisata di daerah Magetan, Jawatimut. Eits tapi jangan cuma dari Telaga Sarangan langsung pulang yaah. Tidak terlalu jauh dari Telaga, terdapat sebuah Air terjun yang sayang untuk ditinggal, namanya adalah air terjun Pundak Kiwo, terletak di daerah Ngancar, Kecamatan Palosan.
Banyak akses menuju lokasi ini namun lebih mudah jika melintasi desa Ngerong. Jika dari arah Magetan, sebelum pertigaan ke arah Telaga Sarangan ada papan petunjuk sebelah kiri jalan ke arah Air Terjun Pundak Kiwo. Dari pertigaan ini menempuh perjalanan sekitar 2 kilometer untuk sampai ke pintu masuk lokasi yang dituju.
Jika membawa kendaraan pribadi bisa dititipkan ke rumah warga setempat. Dan jika baru pertama kali mengunjungi tempat ini sebaiknya menggunakan jasa pemandu untuk menuju lokasi air tejun.
Perjalanan menuju lokasi ini harus ditempuh dengan jalan kaki sepanjang 1,5 kilometer dengan kondisi jalan setapak yang terjal. Sepanjang perjalanan, pengunjung akan disambut dengan pemandangan perkebunan sayur milik warga. Aroma sejuknya udara pegunungan begitu terasa di tempat ini. Apalagi separuh perjalanan akan dijumpai hutan pinus.
Baru menempuh perjalanan sekitar 500 meter, pengunjung akan menjumpai air terjun Watu Ondo yang merupakan air terjun pertama dari rangkaian ketiga air terjun yang berada di obyek wisata ini. Air terjun ini tak terlalu tinggi, yakni air yang mengalir pada bebatuan yang menyerupai tangga. Tak heran jika disebut air terjun Watu Ondo.
Setelah puas menikmati indahnya air terjun Watu Ondo, melanjutkan perjalanan lagi menuju air terjun yang kedua yaitu air terjun Jarakan. Perjalanan menuju ke air terjun ini mulai menanjak melintasi hutan pinus mengikuti jalan bertanah yang sering dilewati oleh penduduk desa untuk mencari kayu.
Air Terjun Jarakan terletak sekitar 100 meter di atas Air Terjun Watu Ondo dengan ketinggian air terjun sekitar 35 meter. Sayangnya jika kemarau air terjun ini mengering.
Sebelum perjalanan menuju ke air terjun Pundak Kiwo ada bekas sendang. Dulunya disebut Sendang Air Banyumas yang mengalir air bercampur pasir yang berkelip menyerupai emas, sehingga dinamakan Banyumas. Namun pada musim kemarau debit air yang mengalir di Sendang ini agak berkurang sehingga butiran pasir yang menyerupai emas jarang ditemui. Dan kini sendang ini hilang tak berbekas.
Sebelum melanjutkan perjalanan lagi menuju ke air terjun Pundak terdapat sebuah situs yang disebut Prasasti Watu Ongko yang dipercaya sebagai petilasan Eyang Ongko Wijoyo. Konon situs itu disebut-sebut peninggalan Zaman Majapahit berupa batu tertulis yang masih dipelihara oleh masyarakat dan dijadikan tempat ritual pada saat-saat tertentu.
Setelah perjalanan sampai di jalan tangga berbatu, mulai terdengar suara gemuruh air yang jatuh dari ketinggian sekitar 45 meter ke dasar bebatuan, itulah yang dinamakan air terjun Pundak Kiwo.
Air Terjun Pundak Kiwo teletak di bagian paling atas rangkaian air terjun di desa Ngancar dan merupakan air terjun paling tinggi. Karakteristik air terjun ini mirip dengan Watu Ondo, yakni tebingnya terdiri dari batu andesit yang berundak-undak.
“Dinamakan pundak Kiwo karena air terjun ini berada di sebelah kiri lereng gunung Lawu,”ujar Warsito, warga sekitar.
Ada mitos yang dipercayai oleh penduduk sekitar, mereka percaya jika ada orang yang menggotong kayu dari air terjun ini dengan menggunakan pundak kanan maka orang tersebut tidak akan kuat sampai ke tujuan. Kayu harus di pindah di bahu sebelah kiri (Pundak Kiwo) agar aman dan selamat sampai tujuan.
Legenda yang berkembang di masyarakat adalah dulu di kawasan ini pernah ada seseorang yang disebut mbah guru Petung atau Ki Demang Singowijoyo. Mbah Guru Petung disebut-sebut sempat menguasai wilayah Gunung Sidoramping.
Menurut sejarah warga setempat air terjun Pundak Kiwo ini dibuat oleh Ki Demang Singo menyuruh salah satu keponakannya Ageng Bancalono untuk membuat sebuah aliran air guna mengisi sumber di telaga Sarangan.