Babatpost.com – Total korban akibat kabut asap yang ada di SUmatra dan Kalimantan 21orang. Itu belum ditambah korban yang ada di gunung Lawu dan Yogya, Ujar Mukri Friatna, Manger WALHI. Jumlah itu tersebar di wilayah Kalimantan dan Sumatera. Karena itu, untuk mencegah dampak yang lebih buruk, pemerintah harus melakukan evakuasi korban asap dan memberikan pertolongan medis agar jumlah korban tak bertambah banyak.
Diakui , hingga saat ini penanganan korban kabut asap oleh pemerintah belum maksimal sehingga kembali menelan korban.“Pemerintah tak perlu sibuk membantah jumlah korban, yang perlu dilakukan segera memberikan pertolongan, itu lebih bijak,” terang dia.
Berlarut-larutnya penanganan kebakaran hutan dan lahan ini menunjukkan bahwa pemerintah tidak siap melakukan respons super cepat dan tepat. Hingga saat ini, pemerintah dan masyarakat dikalahkan oleh kepentingan korporasi terutama perkebunan sawit yang jelas-jelas sebagai salah satu produsen “pengepul asap” yang menyengsarakan jutaan warga.
“Mereka ini, katanya, punya jutaan karyawan. Klaim mereka sekitar 22 juta pekerja. Kalau 10 persen saja pekerjanya itu diturunkan untuk memadamkan api, maka titik-titik api bisa diminimalisir,” ujar dia.
Mukri menyatakan tak bisa membayangkan bagaimana kualitas hidup balita, anak-anak dan bayi dalam kandungan ke depan, jika dalam kurun waktu yang lama terus menghirup asap dari kebakaran hutan dan lahan ini.
Sementara itu, untuk mencegah korban lanjutan, masyarakat sipil di Kalimantan Tengah termasuk Walhi bersama Gerakan Anti Asap (GAS) mencoba melakukan evakuasi mandiri terhadap kelompok rentan seperti balita, anak-anak, ibu hamil dan para manula.
“Kita melakukan sejumlah upaya untuk meringankan korban asap ini dengan beberapa potensi yang kita punya, meski secara finansial kami terbatas,’ ujar Direktur Walhi, Kalimantan Tengah, Arie Rompas.