Lulu merupakan salah satu perancang kain ternama yang mengangkat kain lurik, Lulu Lutfi Labibi, mengaku senang mengangkat kain nusantara untuk diolah sesuai kebutuhan dalam dunia mode. Ia mengaku ingin mengangkat kain nusantara menjadi lebih modern dan bisa dipakai siapa saja.
Selasa (20/10), di Jakarta, ia menjelaskan bahwa setiap koleksi, Lulu selalu menggunakan 60 sampai 70 persen kain nusantara. Setiap season berbeda-beda. Setiap membuat koleksi secara tidak langsung lurik selalu hadir, tetapi dengan presentasi berbeda-beda.
Menurut Lulu, untuk mengangkat kain nusantara, sebisa mungkin harus dikemas sesuai gaya masyarakat saat ini agar bisa diterima dengan baik. Ia juga menegaskan bahwa saat ini banyak kampanye cintai produk dalam negeri, cintai kain nusantara, tetapi kalau produk dan kain tersebut tidak bisa merefleksikan orang zaman sekarang, ya mereka tidak akan mengenakannya.
Dengan begitu, Lulu lebih memilih meredefinisikan kain nusantara melalui rancangannya agar lebih bisa diterima masyarakat. Jadi, pihaknya tidak perlu teriak-teriak mengkampanyekan, ya orang akan melihat dengan sendirinya melalui karya-karyaknya.
Dikatakan perancang mode Lulu Lutfi Labibi, alasan ia gemar mengeksplorasi kain lurik bukan untuk membuat orang menyukai lurik, tetapi ia hanya ingin meredefinisi kain itu. Menurutnya, selama ini lurik identik dengan laki-laki saja, dan pasarnya terbatas. Karena itu, ia mencoba mengangkat salah satu kain nusantara ini sekaligus membantu mengangkat perajinnya dengan meredefinisi dari sudut pandangnya.
Dengan begitu, ia banyak berkreasi dengan lurik dan teknik pembuatan pola dengan menggunting bahan langsung di tubuh model atau manekin (moulage) yang menjadi ciri khasnya, sehingga memberikan tampilan lebih unik dan modern dari kain tersebut.
Selain itu, dikatakanya, perajinnya juga kadang menjadi hambatan. Saat musim panen mereka lebih memilih ke sawah dan meninggalkan aktivitas menenun.
Dengan begitu, akhirnya ia mengadopsi dua teknik yakni lurik yang dibuat dengan ATM (Alat Tenun Mesin) dan ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin). Dengan begitu, ia bisa lebih cepat memproduksi.