Alasan BI Pertahankan BI Rate pada Level Rp 7,5 Persen

Direktur Eksekutif Bidang Komunikasi BI Tirta Segara di Jakarta, Kamis (15/10/2015) mengatakan gagasannya pada rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia. “Mengingat masih tingginya risiko ketidak pastian global, maka Bank Indonesia akan tetap berhati-hati dan mencermati risiko global di tengah perkembangan pasar keuangan global yang lebih kondusif,” ujarnya.

Dari hasil rapat tersebut salah satunya adalah memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 7,5 persen, dengan suku bunga Deposit Facility 5,50 persen dan Lending Facility pada level 8,00 persen. Dengan demikian, BI sudah mempertahankan BI Rate pada posisi tersebut selama sembilan bulan, setelah ‎menurun 25 basis poin dari level 7,75 persen pada Januari 2015.

Read More
Berita Terkait :  Global Firepower: Kekuatan militer Indonesia peringkat 15 dunia

Menurutnya, Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi akan membaik terutama didorong oleh meningkatnya belanja modal pemerintah, walaupun aktivitas perekonomian di sektor swasta masih berjalan relatif lambat. Tirta menilai mulai merdanya stabilitas makro kedepan terdapat ruang bagi pelonggaran kebijakan moneter.”

Fokus kebijakan Bank Indonesia dalam jangka pendek, kata Tirta, tetap diarahkan pada langkah-langkah stabilisasi nilai tukar, memperkuat pengelolaan likuiditas rupiah, serta memperkuat pengelolaan penawaran dan permintaan valuta asing. Ia juga menambahkan Bank Indonesia akan terus memperkuat bauran kebijakan untuk memastikan tetap terjaganya stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.

Berita Terkait :  Sektor Ekonomi Digital, Ini Menjadi Kebutuhan Pemerintah RI

Salah satu alasan dari kebijakan BI mempertahankan BI rate pada level yang tinggi, kontra produktif dengan upaya keluar dari resesi. Pasalnya, Kondisi resesi membutuhkan stimulus bagi dunia usaha untuk mengakselerasi perekonomian agar tidak terjebak dalam lingkaran setan resesi.

Suku bunga kredit yang lebih murah merupakan salah satu stimulus yang menjadi kompensasi atas kenaikan biaya produksi yang terimbas oleh pelemahan Rupiah. Namun manakala BI rate ditahan pada level yang tinggi, tidak ada insentif bagi perbankan untuk menurunkan suku bunga kredit dan meningkat pertumbuhan kredit.

Berita Terkait :  Raja IX Denpasar berharap RUU Masyarakat Hukum Adat segera disahkan

Kebijakan BI rate tinggi juga akan menimbulkan masalah bila bank sentral Amerika Serikat (the Fed) menaikan suku bunga acuannya. Pada situasi ini, BI secara psikologis akan terdorong untuk menaikan BI rate untuk mencegah aliran dana keluar.

Related posts