Kirab Kiai Slamet, ramaikan pesta 1 Suro di Surakarta

Babatpost.com – Sebagai salah satu kota yang masih ngugemi atau memegang erat budaya Jawa, Surakarta menggelar peringatan tahun Baru Jawa dengan cukup meriah. Salah satu yang paling ditunggu oleh penduduk setempat adalah kirab benda pusaka termasuk Kiai Slamet. Prosesi ini diikuti seluruh keluarga besar keraton Surakarta.

Antusiasme masyarakat terlihat dari menyemutnya kerumunan warga di jalan-jalan yang menjadi rute kirab. Mereka saling berdesak-desakan untuk ngalap berkah ritual tahunan tersebut. Menjelang pukul 00.00 WIB, sembilan ekor kerbau pusaka yang diyakini sebagian warga memiliki tuah, terlihat muncul di depan Kori Kemandungan Keraton Surakarta.

Read More

Masyarakat yang berkumpul di halaman keraton terlihat berebut untuk mengambil sisa-sisa sesaji yang diberikan kepada kerbau bule. Mereka percaya bila bisa mendapatkan sisa dari sesaji akan mendapat berkah. Tepat pukul 00.00 WIB, kirab pun dimulai. Sembilan kerbau bule menjadi cucuk lampah atau berjalan di barisan terdepan.

Tanpa adanya hambatan, kerbau pusaka ini pun mulai diarak meninggalkan halaman Keraton Kasunanan. Di belakang barisan kerbau, para keluarga Keraton Kasunanan berjalan diikuti para abdi dalem. Di belakang rombongan ini, terdapat sejumlah abdi dalem yang mengusung kota-kotak tertutup yang berisi pusaka keraton. Ada sembilan kotak yang diusung.

Kerumunan warga makin sesak tatkala iring-iringan kerbau bule melewati alun-alun utara keraton, kemudian menuju Bundaran Gladak. Masyarakat dari berbagai daerah di sekitar Kota Solo yang datang sejak sore pun antusias menyambut rombongan sembari menanti-nanti kerbau bule membuang kotoran di jalan. Setiap kali ada kerbau itu mengeluarkan kotoran, mereka maju berebut mengambil karena ada keyakinan kotoran yang dikeluarkan keturunan Kiai Slamet memiliki tuah.

Malam satu Suro tahun ini agak berbeda dengan tahun sebelumnya. Pasalnya, Keraton Surakarta baru menggelar prosesi kirab, sehari setelah 1 Muharam yang jatuh pada 14 Oktober 2015. Biasanya, prosesi malam satu Suro dilakukan pada malam tahun baru Islam yang sama-sama penghitungan kalendernya berdasarkan peredaran bulan.

“Tahun ini tahun kabisat, ada perbedaan dengan kalender nasional,” kata Wakil Pengageng Sasono Wilopo Keraton Solo, Kanjeng Pangeran Winarno Kusumo.

Perbedaan itu tak ayal membuat sejumlah warga pun kecele saat hendak menyaksikan kirab pusaka yang dikira digelar Selasa 13 Oktober 2015 malam. Winarno mengakui jika ada warga yang kecele karena tidak tahu kirab malam satu Suro baru digelar Rabu 14 Oktober 2015 malam, meski pihaknya sudah memberi tahu adanya perbedaan kalender keraton dengan kalender pemerintah.

“Tapi perayaan masih tetap ramai kan karena banyak yang kemarin datang, sekarang datang lagi,” katanya.

Sudarno, warga Boyolali mengakui dirinya datang dua kali ke Solo untuk ikut memeringati malam pergantian tahun baru Jawa tersebut. Dia datang berombongan dengan tetangganya naik sepeda onthel.

Sementara itu, seorang warga negara asal Norwegia, Morthen Innhaug mengaku puas bisa ikut rombongan kerabat keraton dalam prosesi kirab tersebut. Morthen bersama istrinya Gabrila Innhaug pun mengenakan pakaian beskap layaknya seorang abdi dalem maupun sentana kraton.

“Saya ingin melihat dengan jelas seperti apa prosesi kirabnya, dan melihat langsung hewan kerbau yang dianggap sakral oleh warga, karena sebelumnya saya hanya melihat melalui internet saja,” katanya.

Related posts