Krisis Keuangan Mulai Tampak Di Depan Mata Dengan Melambungnya Nilai Dolar

BabatPost.com – Ketika Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) jeblok. Sejak 31 Mei hingga 8 Juni 2015, kapitalisasi Bursa Efek Indonesia turun Rp 179,29 atau minus 3,63% menjadi Rp 4.773 triliun.

Pada awal tahun ini, rupiah pun sudah tersungkur hingga 7,11%. Untuk menstabilkan rupiah, Bank Indonesia (BI) mengguyur dolar ke pasar. Akibatnya, cadangan devisa di BI tersedot. Posisi cadangan devisa pada akhir Mei 2015 sebesar US$ 110,8 miliar, lebih rendah dari posisi April 2015 sebesar US$ 110,9 miliar.

Read More

Bulan mendatang, dolar AS diperkirakan bakal bertambah kuat seiring semakin membaiknya perekonomian Amerika Serikat (AS). Inilah yang mendorong bank sentral AS, The Fed berencana menaikkan suku bunga acuan pada akhir Juni ini. Rencana The Fed inilah yang membuat para pemilik uang  mulai bersiap-siap mengamankan harta kekayaannya dengan membeli dolar.

Dengan begitu wajah rupiah tampaknya bakal semakin kusut karena semua ini dibarengi dengan inflasi tahunan (year on year), yang hingga Mei kemarin sudah mencapai 7,15%.  Kita sudah tahu, kalau inflasi tinggi maka akan menurunkan daya beli masyarakat. Sekarang ini saja daya beli masyarakat sudah turun. Lihat saja, hampir semua harga kebutuhan pokok sehari-hari dan barang-barang konsumsi naik gila-gilaan.

Kelesuan ekonomi tampaknya akan terus berlanjut sampai kuartal II tahun ini. Perekonomian nasional pada kuartal II-2015 diperkirakan hanya tumbuh 4,9% dari sebelumnya 4,7% di kuartal I-2015. Ini artinya secara tahunan pertumbuhan ekonomi nasional hanya mampu bergerak di kisaran 5%-5,4%, lebih rendah dari asumsi APBN-P 2015 yang ditetapkan 5,7%. Bahkan, pemerintah mulai ragu-ragu bisa mencapai target pertumbuhan 5,8%-6,2% pada tahun 2016.

Salah satu penyebab perekonomian nasional berjalan tertatih-tatih lantaran pertumbuhan ekonomi dunia masih lemah. China menjadi salah satu negara yang punya andil besar dalam pelemahan ekonomi dunia. Ekonomi China diperkirakan hanya tumbuh 6,7%, lebih rendah dari prediksi sebelumnya 7%. Padahal, China dalam beberapa tahun ini menjadi tujuan utama ekspor Indonesia.

Related posts