Pembunuhan sadis kembali terjadi. Kali ini, bocah perempuan berusia 13 tahun ditemukan sudah tidak bernyawa di rumahnya, di Jalan Masjid Abaidah, Kampung Duku RT 03 RW 05 Kelurahan Sudirman Selatan, Kecamatan Ciledug, Kota Tangerang. Putri Mariska Sakina ditemukan tewas dengan luka tergorok di leher.
Petugas SPK Polsek Ciledug Aiptu Ade Ruswanda menuturkan kebenaran berita tersebut. “Betul. Korban meninggal bernama Putri Mariska Sakina, berjenis kelamin perempuan, berumur 13 tahun,” ujar Aiptu Ade, dilansir dari Metrotvnews. Ia juga menambahkan bahwa kejadian tersebut terjadi sekitar pukul 15.30 WIB di rumahnya, di Ciledug, Tangerang.
Ketika kejadian berlangsung, Putri Mariska Sakina yang kerap dipanggil Fitri sedang berada di rumah bersama kakanya Muhammad Rizki, 17 tahun, yang akrab disapa Buyung. Sementara kedua orangtua korban sedang tidak berada di rumah saat peristiwa nahas itu terjadi.
Warga sekitar, Siti Noer Rachmawaty, menuturkan, dilansir dari Metrotvnews, “Putri hanya lagi berdua sama kakaknya (buyung), orang tua nya lagi keluar. Tetangga sekitar nggak ada yang dengar atau lihat hal-hal yang aneh, tiba tiba kakak nya si Buyung itu telepon Pak RT minta dibawa ke rumah sakit.”
Sementara itu, kakak korban, Buyung, juga mengalami luka. “Buyungnya juga dalam keadaan bercucur darah gitu, kayaknya ditusuk juga,” tambah Siti Noer Rachmawaty.
Muhammad Rizki kemudian dilarikan ke Rumah Sakit Bhakti Asih, Ciledug Tangerang dan masih dirawat di sana.
Komisaris Ali Joni, Kepala Polsek Ciledug, Kota Tangerang, juga membenarkan kejadian tersebut. Ia mengatakan pada pukul 15.30 warga dikejutkan dengan teriakan minta tolong dari Rizki yang mengalami luka di bagian leher.
“Rizki dilarikan ke rumah sakit dalam keadaan kritis,” papar Komisaris Ali Joni.
Ketika memasuki rumah, para warga pun dikejutkan oleh jasad Fitri yang sudah tidak bernyawa dengan tubuh tertelungkup dan masih mengenakan handuk.
Sementara itu, pelaku pembunuhan sadis tersebut belum diketahui identitas serta motifnya. Namun diduga, pembunuhan tersebut bukan dikarenakan kasus perampokan dikarenakan tidak ada barang yang hilang. Jajaran Polda Metro Jaya hingga saat ini masih memburu pelaku yang juga melukai Rizki, kakak korban tewas.
Kabid humas Polda Metro Jaya, Kombes M. Iqbal menuturkan, “Tersangka belum diketahui identitasnya. Masih kami cari.
“Kita duga kuat motifnya pembunuhan entah karena dendam atau apa masih belum bisa dipastikan. Tapi kami duga bukan perampokan karena tidak ada barang yang hilang,” lanjut Kombes M. Iqbal, dikutip dari Detiknews.
Pemeriksaan terhadap para saksi pun masih dilakukan oleh jajaran Unit Rersmob Polda Metro Jaya. Diantara keterangan para saksi tersebut, terdapat informasi bahwa ada seorang pria bertubuh bear dan berkepala botak sempat mengunjungi korban sebelum bocah 13 tahun tersebut ditemui meninggal dunia.
“Saksi sedang diperiksa, memang ada yang bilang gitu tapi belum bisa dipastikan,” ungkap Kombes M. Iqbal saat dimintai keterangan tentang informasi tersebut.
Tetangga korban, Maryam, yang juga pemilik warung di dekat rumah korban, menuturkan pada Viva tentang adanya seseorang yang masuk ke dalam rumah korban sekitar pukul 15.30 WIB. “Saat itu, orangtua korban sedang pergi. Putri dan Risky berada di dalam rumah. Tiba-tiba, kakak korban keluar minta tolong. Sebelumnya, saya lihat ada orang masuk ke dalam rumahnya. Saya pikir tamu,” terangnya.
Sementara itu, kedua orangtua korban, Ramawati, 38 tahun, dan suaminya Mas Riwan Silaban, 42 tahun, tampak masih syok. Saat pemakaman Putri Mariska Sakina atau Fitri pada hari Senin kemarin pun, Rahmawati beberapa kali jatuh pingsan. Riwan sendiri tampak diam dan beberapa kali menangis tersedu.
Seperti dilansir dari Tempo, Riwan menuturkan dirinya yang hanya pekerja rendahan yang tak punya musuh apalagi pesaing bisnis sedang pergi ke pasar untuk membeli kambing guna aqiqah cucu pertamanya.
“Ketika kami pulang, rumah sudah ramai, putri bungsu saya sudah tidak bernyawa, putra kedua saya dilarikan ke rumah sakit dengan luka parah,” ungkapnya.
Sepasang suami istri tersebut tinggal bersama dua anaknya di kontrakan petak sambil membuka usaha warung sayur yang telah digeluti selama 15 tahun. Riwan juga selama sebulan terakhir bekerja sampingan sebagai sopir Kopaja 16.
“Saya cuma sopir, pedagang sayur mana ada musuh atau pesaing.”