Jokowi Sering Salah Atau Sering Melucu

Jokowi Sering Salah Atau Sering Melucu
Jokowi Sering Salah Atau Sering Melucu

BabatPost.com – Effendi Ghazali seorang Pakar komunikasi politik, mengingatkan agar Presiden Joko Widodo tidak berulang kali melakukan kesalahan. Seperti diketahui, mantan Gubernur DKI Jakarta itu salah menyebut tempat lahir Presiden pertama RI, Sukarno yang menurutnya lahir di Kota Blitar, Jawa Timur.

“Jangan sering-sering melakukan kesalahan,” ujar Effendi, Minggu (7/6/2015).

Read More

Effendi Ghazali menambahkan, di Amerika Serikat, jika seorang presiden membuat pernyataan yang keliru, akan menjadi bahan tertawaan rakyatnya. Bahkan, Effendi Ghazali mengaku memiliki sebuah buku yang berisi aksi kesalahan-kesalah orang nomor satu di negeri Paman Sam itu.

Berita Terkait :  Salim Segaf siagakan 80 ribu relawan PKS merespons bencana nasional

“Kalau di Amerika, jadi lucu-lucuan. George W Bush misalnya, pernah menyebut 70 persen impor makanannya dari luar negeri,” imbuhnya.

Meski demikian, ia menilai kesalahan di atas panggung sebagai hal yang biasa. Terlebih sang pembuat naskah pidato, lanjut Effendi Ghazali sudah mengakui sekaligus menyelamatkan presiden. Adapun dampak kesalahan itu, tidak akan mempengaruhi pola komunikasi eksekutif dengan legislatif.

“Sukardi Rinakit (pembuat naskah pidato Jokowi) sudah ngaku salah, jadi ya biasa saja, tidak ada pengaruh,” pungkasnya.

Berita Terkait :  Obama Ajak Jokowi Menyusuri Lorong Rose Garden yang Bersejarah

Sejarawanpun mempertanyakan motif salah sebut kota kelahiran Soekarno oleh Preisden Joko Widodo.

Kali ini, sejarawan Ridwan Saidi mempertanyakan motivasi Jokowi dalam penyebutan itu. “Motivasinya sendiri apa, nyebut Bung Karno lahir di Blitar, rujukannya apa,” ujar Ridwan, Minggu (7/6/2015).

Padahal, lanjut Ridwan, berdasarkan pengakuan Cindy Adam, sang proklamator lahir di Kota Pahlawan, Surabaya. Meski tim pembuat naskah pidato telah mengaku salah atas peristiwa itu, Ridwan menuntut agar Jokowi memberikan penjelasan.

“Harus ada klarifikasi, kalau cuma ngaku salah terus selesai, tidak cukup,” imbuhnya.

Berita Terkait :  Inilah Cagub Baru yang Akan Diusung Koalisi Kekeluargaan dalam Pilgub DKI 2017

Ridwan menilai adanya sejarah yang dipaksakan dalam penyematan Kota Blitar. Sebab itu, ia meminta Jokowi untuk meluruskan sejarah. Terlebih Sukarno, lanjutnya, tidak ingin dimakamkan di Batutulis Bogor.

“(Sukarno) minta dimakamkan di Bogor, di nisannya dikasih bendera Muhammadiyah. Kok kesannya Jokowi mekso di Blitar, padahal tidak ada kaitannya dengan sejarahnya di Blitar,” pungkasnya.

Related posts