Perokok Pasif dan Perokok Aktif

Perokok Pasif dan Perokok Aktif
Perokok Pasif dan Perokok Aktif

BabatPost.com – Berbagai macam upaya telah dilakukan pemerintah maupun masyarakat untuk mencegah dan mengendalikan konsumsi tembakau di Indonesia. Salah satu cara yang gencar selain kampanye adalah dengan menetapkan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) di ruang-ruang publik.

Prof Nila F Moeloek menteri Kesehatan RI mengatakan, Kawasan Tanpa Rokok (KTR) harus didorong terus dan secara berkala dibenahi sedikit demi sedikit. Contohnya di dalam pesawat terbang yang kini tidak memperbolehkan penumpangnya merokok di dalam kabin. Hal tersebut merupakan langkah yang harus diapresiasi, karena merupakan kebijakan besar dan beresiko terhadap profit maskapai.

Read More
Berita Terkait :  Harga Rokok Naik beneran tahun depan, berikut daftar kenaikan tersebut

“Saya suka dengan Kawasan Tanpa Rokok atau biasa disebut dengan istilah KTR. Saya masih ingat dulu, kalau di pesawat penumpang boleh merokok tapi duduk di belakang. Sekarang sudah tidak boleh merokok dan itu jadi hal baik,” ujar Prof Nila F Moeloek menteri Kesehatan RI.

Prof Nila F Moeloek menteri Kesehatan RI menambahkan, masih banyak lagi ditemukan tempat-tempat Kawasan Tanpa Rokok (KTR) seperti di rumah sakit, kantor, angkutan umum, sekolah, hingga tempat ibadah. Sayangnya, masih banyak masyarakat yang dengan mudah melanggar aturan di area Kawasan Tanpa Rokok (KTR).

Berita Terkait :  4 Jenis Olahraga Yang Menyehatkan Tubuh

Kesadaran akan kepentingan umum masih rendah dikalangan perokok aktif. Mungkin mereka belum memahamibetul bahaya yang di akibatkan. Bukan hanya perokok aktif yang akan terdampak, namun justru perokok pasif lah yang berpelung besar dengan cepat terdampak dari bahasa asap rokok.

“Kawasan Tanpa Rokok (KTR) masih sering dilanggar para perokok. Mungkin kalau ada Perda yang benar-benar mengatur sanksi tegas, jumlah perokok di negara kita akan menurun atau bahkan perlahan-lahan hilang,” pungkas Prof Nila F Moeloek.

Berita Terkait :  Apa yang Menyebabkan Mata Terkena Stroke?

Butuh waktu untuk merubah budaya, butuh kerjasama dari semua elemen untuk mewujudkan cita-cita.

Related posts