BabatPost.com – Luis Figo sedianya merupakan salah satu kandidat kuat pesaing Sepp Blatter sebagai Presiden FIFA atau federasi tertinggi sepakbola dunia. Namun tiba-tiba ia menyatakan mundur dari persaingan, lantas apa penyebabnya?
Mantan pemain Timnas Portugal itu membeberkan bahwa FIFA ‘tidak sehat’ karena ia melihat banyaknya keganjalan di dalamnya. Figo melihat FIFA didominasi satu orang yang memiliki kekuatan laiknya seorang dictator.
Berikut penjelasan detil Figo dalam pernyataannya di Associated Press, Jumat (22/5/2015):
“Terlibat pemilihan Presiden FIFA jelas merupakan pilihan personal saya, setelah mendengar banyak masukan dari orang-orang di dunia sepakbola internasional. Saya mendapatkan dukungan yang dibutuhkan untuk bertahan, saya secara formal mengenalkan keterlibatan di pemilihan presiden,”
“Reaksi dunia bola sangatlah banyak -baik di publik maupun privasi- yang meyakinkan saya bahwa saya membuat keputusan tepat. Saya berkeliling dan bertemu dengan orang-orang hebat yang kapasitasnya telah diakui, juga diliputi keinginan untuk berubah, salah satu kalangan yang ingin membersihkan reputasi FIFA sebagai organisasi yang rusak akibat dilihat banyak orang penuh koruptor,”
“Tapi selama beberapa bulan belakangan, saya tak hanya menyaksikan keinginan (untuk berubah), saya juga menyaksikan insiden berkelanjutan di seluruh dunia, yang memalukan bagi siapapun yang menginginkan sepakbola bebas dan bersih serta demokrasi,”
“Saya menyaksikan dengan mata saya sendiri presiden federasi yang suatu hari membandingkan pemimpin FIFA dengan iblis, lalu melangkah ke tahap selanjutnya dan membandingkan orang yang sama seperti Yesus. Tak ada satupun yang memberitahu saya hal ini, saya melihatnya sendiri,”
“Kandidat (Presiden FIFA) dilarang untuk menyebutkan langsung federasi tersebut di kongres sementara kandidat lain selalu berbicara tentang dirinya di mimbar. Tak pernah ada debat publik yang tidak membicarakan mengenai proposal kandidat,”
“Siapapun, apakah mereka berpikir bahwa suatu kewajaran jika pemilihan untuk salah satu petinggi tertinggi dunia berlangsung tanpa debat publik? Apakah normal jika salah satu kandidat tidak sama sekali memperlihatkan berkas pemilu yang dapat saja menjadi pemungutan suara pada 29 Mei?”
“Bukankah seharusnya menjadi mandate untuk mengenalkan berkas tersebut, agar presiden federasi tahu apa yang akan mereka pilih?”
“Segalanya seharusnya berjalan normal, tapi proses pemilihan ini segalanya mengenai pemilu. Proses pemilu merupakan plebisit yang ditujukan untuk kekuatan absolut bagi satu orang – sesuatu yang tidak bisa saya terima,”
“Itulah mengapa, setelah berkaca secara personal dan berbagi sudut pandang dengan dua kandidat lainnya, saya percaya apa yang akan terjadi pada 29 Mei di Zurich takkan berjalan normal, dan karena itu tak normal, maka saya tak terlibat,”
“Bagian saya, saya akan tetap pada ide yang saya tulis dan sirkulasikan, saya yakin akan keinginan saya untuk aktif terlibat di regenerasi FIFA dan saya akan terbuka untuknya, apapun itu telah terbukti kepada saya, bahwa kami tak hidup di bawah sebuah kediktatoran,”
“Saya tak takut dipenjara, tapi saya takkan terlibat atau memberikan perhatian saya kepada proses yang akan berakhir 29 Mei dan dari segi sepakbola, takkan ada pemenangnya. Keputusan saya bulat, saya takkan berdiri dalam pemilihan kandidat Presiden FIFA,”
“Saya berikan terima kasih sedalam-dalamnya untuk semua yang telah mendukung saya, dan saya meminta mereka untuk terus mempertahankan keinginan mereka untuk regenerasi, yang mana saya pikir butuh waktu, tapi hari itu akan datang,”